Sunday, March 27, 2016

KOREKSI AKU = KAU = AKU


Kalau kau sudah tahu banyak orang lain mengagumimu karena kepandaianmu (misalnya)... Kenapa kau masih terus menerus bersibuk diri menampakkan kepandaianmu pada mereka... Kenapa waktumu tak kau gunakan saja untuk mengeksplorasi kelebihanmu yang lainnya... Jadi orang lain tak hanya mengenal kepandaianmu tapi juga mengenal sisi lain darimu...

Sama halnya jika kau sudah tahu orang lain mengagumimu karena kecantikanmu atau ketampananmu... Tapi kau masih tetap sibuk mempercantik dan mempertampan diri dengan berbagai cara... Lantas kau lupa dengan urusan lain yang lebih penting yang bisakau lakukan untuk memberikan manfaat pada dirimu dan oranglain... Penghargaan memang perlu, tapi porsinya juga harus diperhatikan...

Dan jika kau tahu orang lain menilaimu buruk, jangan habiskan waktumu hanya untuk meratapi kegalauanmu menghadapi cacian mereka, tapi sempatkanlah untuk lebih mengoreksi diri dan memperbaiki apa yang dianggap buruk tersebut. Sehingga, kau akan dapat muncul kembali kepermukaan dengan noda yang sudah tercucikan.



Thursday, March 24, 2016

KONSPIRASI DI BALIK WAFATNYA YESUS KRISTUS

Wafatnya Yesus Kristus

Halaqah Ilmiah
Disajikan pada tanggal 25 Maret 2016


Pengasuh:
(Alm.) Prof. Dr. Kyai H. Achmad Mudlor, S.H

Oleh:
Himatul Istiqomah
Mahasiswa Semester VIII
Jurusan Bahasa dan Sastra Arab
Fakultas Humaniora
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang



LEMBAGA TINGGI PESANTREN LUHUR MALANG

Maret 2016


A.    Pendahuluan
Sebelum membincang pada cerita wafatnya Yesus Kristus, akan lebih baik jika kita mengenal siapa itu Yesus dan mengetahui kronologis singkat cerita Yesus secara flashback dari sebelum kelehirannya. Yesus merupakan bahasa Yunani yang digunakan untuk menyebut nama Isa as. Sedangkan Kristus sepadan dengan Mesias atau dalam bahasa Arab disebut al-Masih, artinya yang dinantikan atau yang diharapkan.
Yesus adalah putera Maria (Maryam binti Imran) yang dilahirkan tanpa ayah (parthenogenesis), pada masa pemerintahan raja Herodus Agung (terdapat perbedaan tahun) (Jaya, 2010: 12). Yesus menjadi rasul sejak lahir (Kamba: 2014), menggantikan Moses (Musa as) untuk menyampaikan risalah Injil (melengkapi Taurat) kepada umatnya yang disebut dengan umat Nasrani.
Dalam perjalanan dakwah unitariannya, Yesus tidak lepas dari konflik sosial di lingkungan tinggalnya, di Betlehem. Bahkan hingga di tempat hijrahnya di Nazaret Galilea, Yesus mendapati berbagai tantangan sampai akhirnya diklaim meninggal dalam keadaan disalib, oleh orang Yahudi Romawi (Rahim, 1994: 71).











B.     Pembahasan
1.      Wafatnya Yesus Kristus
Dalam Injil Kanonik; baik Matius, Markus, Lukas, maupun Yohanes disebutkan bahwasannya Yesus meninggal dalam keadaan disalib. Yesus disalib di bukit Golgota (bukit Tengkorak) dan diklaim sebagai sang penyelamat umat manusia (Jaya, 2010: 43).
Adapun untuk kronologi wafatnya Yesus, dijelaskan dalam The Gospe of Barnabas yang telah  diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Achmad Kahfi sebagai berikut;
a.       Jamuan Paskah
Sebelum menikmati jamuan, Yesus mengutarakan pada murid-muridnya, “Aku telah mencucimu semuanya, namun tidak semua darimu dalamkeadaan bersih. Mengingat bahwa seluruh air di lautantidakakan dapat mencuci orang yang tidakmempercayaiku. Aku mengatakan yang sebenarnya padamu, bahwa salah seorang diantara kamu akan menghianatiku, sampai-sampai aku akan dijual sepertimenjualdomba; tapi celakalah baginya karena dia akan jatuh terperosok ke dalamlubang perangkap yang dibuatnya.”
Tanpa sepengetahuan murid-murid yang lain,Yudas seakan membuat pengakuan di hadapan Yesus bahwa dialah penghianatnya.
b.      Yudas Menghianati Gurunya
Yudas menceritakan tempat persembunyian Yesus kepada pendeta tinggi dan meminta upah tiga puluh keping emas sebagai imbalannya.
c.       Yesus Diangkat ke Langit
Ketika Yudas bersama pasukan tentara dari gubernur Pilatus dan pimpinan pendeta Herodes menuju tempat persembunyian Yesus, Tuhan memerintahkan malaikat-malaikat Gabriel, Michael, Rafael, dan Uriel untuk membawa Yesus ke langit. Sementara murid-muridnya sedang tidur pulas.

d.      Yudas Diserupakan dengan Yesus
Yudas memasuki tempat persembunyian Yesus mendahului pasukannya. Dengan kekuasaan Tuhan, Yudas dirubah perawakan dan suaranya mirip Yesus. Yudas dengan wajah Yesus mencari-cari Yesus hingga murid-muridnya terbangun dan menegurnya.
e.       Yudas Ditangkap, Diadili, Disiksa dan Disalib
Karena Yudas berwajah Yesus, maka dia pun ditangkap oleh tentara Herodes. Dia diadili dan disiksa karena dianggap sebagai penipu dan pembohong bagi seluruh bani Israel. Sekalipun pembelaannya diterima oleh gubernur Pilatus, namun kaum Yahudi Literasi dan Farisi telah bersepakat memberikan kesaksian kalau Yudas benar-benar Yesus. Pada akhirnya,Yudas disalib atas perintah Herodes.
Kronologis yang demikian kurang lebih sama dengan penjelasan Al-Qur’an Surat Al-Nisa’ ayat 157-158, sebagai berikut.
{وَقَوْلِهِمْ إِنَّا قَتَلْنَا الْمَسِيحَ عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ رَسُولَ اللَّهِ وَمَا قَتَلُوهُ وَمَا صَلَبُوهُ وَلَكِنْ شُبِّهَ لَهُمْ وَإِنَّ الَّذِينَ اخْتَلَفُوا فِيهِ لَفِي شَكٍّ مِنْهُ مَا لَهُمْ بِهِ مِنْ عِلْمٍ إِلَّا اتِّبَاعَ الظَّنِّ وَمَا قَتَلُوهُ يَقِينًا (157) بَلْ رَفَعَهُ اللَّهُ إِلَيْهِ وَكَانَ اللَّهُ عَزِيزًا حَكِيمًا (158)} [النساء: 157 - 158]
Artinya: “Dan karena ucapan mereka “Sesungguhnya kami telah membunuh Al-Masih, Isa putera Maryam, rasul Allah.” Padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak pula menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh adalah) yang diserupakan dengan Isa. Sesungguhnya mereka yang berselisih pendapat tentang (pembunuhan) Isa, selalu dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka benar-benar tidak tahu (siapa sebenarnya yang dibunuh itu), melainkan mengikuti persangkaan belaka, jadi mereka tidak yakin telah membunuhnya. <157> Tetapi Allah telah mengangkat Isa ke hadiratNya, Allah Maha Perkasa lagi Bijaksana.” <158>
Dalam tafsiran ringkas Al-Qur’an Cordoba, disebutkan bahwa di usia Yesus yang ketiga puluh, dia menampakkan beragam mukjizat dalam perjalanan dakwahnya. Diantara mukjizatnya yaitu dapat menyembuhkan orang yang sakit parah, yang bermasalah dengan ingatannya, dan mengusir setan pengganggu. Hal inilah yang menimbulkan ketidaksukaan para pendeta Romawi kepadanya, hingga mereka merencanakan pembunuhan Yesus. Namun, Allah berkehendak lain dengan mengangkat Yesus ke langit dan menyelamatkannya.
Seperti halnya disebutkan dalam Barnabas, dalam tafsiran ini pun disebutkan tentang salah satu muridnya yang akan berkhianat. Namun, di sini Yesus sudah mengetahui siapa pengkhianatnya dan mengungkapnya di hadapan kesebelas muridnyayang lain.

2.      Kospirasi di Balik Wafatnya Yesus
Berbicara tentang konspirasi di balik warta wafatnya Yesus, hal ini tidak lepas dari peran kaum Yahudi bani Israel, yang terlalu fanatik dengan ketinggian Moses. Mereka tidak menghendaki siapapun mengungguli nabinya. Oleh karena itu, begitu mereka mengetahui bahwa disebutkan dalam kitab suci mereka Taurat, “Akan ada seorang rasul setelah Moses yang dilahirkan di Betlehem,” mereka pun mengupayakan bergam cara untuk mencegahnya. Mereka mengirim beberapa utusan untuk membunuh setiap bayi laki-laki yang dilahirkan di sana. Mengetahui kabar tersebut, keluarga Yesus membawanya pindah ke Nazaret dan tinggal di sana.
Kaum Yahudi terus melakukan pencarian hingga akhirnya mengetahui bahwa Yesus lah yang selama ini dicarinya. Mereka pun mengupayakan pembunuhannya. Karena mereka mengetahui bahwa ada seorang murid Yesus yang berpotensi untuk diajak kerjasama, yang tidak lain adalah Yudas Iskariot.
Bahkan saat pengejaran Yesus pun, kaum Yahudi mengetahui kebenaran pengakuan Yudas. Akan tetapi, mereka memiliki pertimbangan akan keuntungan yang cakap sehingga membiarkan Yudas tersalib sebagai yang diduga Yesus. Pertimbangan pertamanya yaitu dengan terbunuhnya Yudas, maka rencana pembunuhan Yesus yang telah direncanakan kaum Yahudi akan menjadi rahasia dan tidak akan terbongkar di hadapan bani Israel. Sedangkan pertimbangan keduanya, karena seluruh bani Israel telah meyakini bahwa yang ada di hadapan mereka adalah Yesus, maka dengan dibunuhnya Yesus proses dakwahnya pun akan terhenti.
Lebih dari itu, kegagalan mereka membunuh Yesus secara fisik tidak menghentikan langkahnya. Mereka pun memilih langkah yang diistilahkan dengan Phsicology Strategy of War (strategi perang secara psikologi), dengan cara menaikkan grid seseorang padahal itu bertujuan untuk menjatuhkannya. Karena itu, mereka tidak hanya mengakui Yesus sebagai nabi dan rasul, akan tetapi meninggikannya sebagai yang dianggap tuhan. Kemudian hal itu disebarluaskan dan menjadi kesepakatan.  


C.    Kesimpulan
Yesus adalah nama lain dari Isa Al-Masih yang diutus Allah untuk melengkapi risalah yang disampaikan Moses (Musa as). Yesus bukan tuhan dan dia belum meninggal, melainkan diangkat oleh Allah ke langit sebagai upaya penyelamatan dari konspirasi kelicikan kaum Yahudi.


















DAFTAR PUSTAKA

James and John. 2008. The Gospelof Barnabas. Achmad Kahfi (Terj.). Surabaya: PT. Bina Ilmu
Jaya, Muhammad. 2010. Ternyata Yesus Muslim. Samarinda: Qiyas
Rahim, Muhammad Ataur. 1994. Misteri Yesus dalam Sejarah. Masyhur Abadi (Terj.). Tk: Pustaka Da’i
Tim Penyusun. 2012. Al-Qur’an Cordoba. Bandung: Cordoba Internasional - Indonesia



Wednesday, March 16, 2016

REFLEKSI LAUNCHINGNOVELKUPU-KUPUBIRU

Deret kata yang terjeda:

KEBERHASILAN ADALAH SAAT BERPROSES
Himatul Istiqomah NR.
16 maret 2016















Silir angin menyapu daratan malang, menerobos ranting-ranting hingga menabrak dunia Humaniora. Menjadi pengantar yang menghangatkan suasana launching novel terjemahan karya teman-teman BSA’12, profesi Tarjamah.

Kupu-kupu Biru, sebuah novel yang berusaha mewakili Al-Farasyah al-Zarqa’ karya Rabi’ Jabeer, dengan wajah bahasa anak negeri, Indonesia. Berisikan kisahan novelis yang memperoleh inspirasi dan geliat imajinasi yang suci ketika hatinya dalam keterenyuhan dan kegundahan, karena ditinggalkan oleh dua orang yang dicintainya; nenek Zahiah dan S wanita yang dipujanya. Novel dengan alur yang sangat kompleks yang dimulai dari cerita akhir kemudian dikombinasikan secara bergantian dan berkelindan dari setiap rangkai alurnya, sangat menantang mata setiap pembacanya. Betapa tidak? Pengarang menuliskan novel yang di dalamnya memuat cerita seorang novelis yang berkisah tentang ceritanya dan cerita dari neneknya Zahiah (kisah masa lalunya) yang dikemas dengan alur yang unik dalam sebuah percakapan hangat membincang pengamatan sebuah gambar pada background foto, yang terdapat dalam album foto keluarga. Dari situlah bermula kisah kupu-kupu biru. 

Kupu-kupu Biru, titik paling menarik yang tersembunyi di balik rimbunan kata, frasa dan bahkan kalimat yang menyusun paragraf pengusung cerita. Begitu asyiknya menyimak keterciptaan kupu-kupu mulai dari butiran telur yang berlomba untuk segera menetaskan diri menjadi ulat. Kemudian berlomba lagi dengan seleksi alam untuk semacam semedi dalam kantong kepompongnya. Dan masih harus berlomba lagi untuk selanjutnya ia dapat menjadi kupu-kupu yang indah dan bernilai, sanggup terbang menggapai awan dan melayangkan tebaran pesonanya bagi setiap pasang mata yang menatapnya.

Sungguh kompleks proses metamorfosisnya. Sekali dia menyerah dengan dirinya, dia tak akan pernah menjadi apa-apa. Andai dia tak pandai menyembunyikan dirinya saat setiap kali pencapaian keberhasilan transformasinya, maka ia akan terhanguskan dengan apa yang dianggapnya sebagai sebuah keberhasilan. Padahal itu hanyalah jeda sejenak untuk seharusnya dilanjutkan lagi ke jejak langkahnya. Menjadi kepompong yang dapat menghasilkan benang sutra itu mungkin adalah keberhasilan bagi seekor ulat yang mampu mencapai tahapan transformasi setelahnya. Menjadi seekor kupu-kupu pun itu mungkin adalah keberhasilan bagi kepompong yang mampu mempertahankan keseimbangannya untuk terus bergelayut di dahan atau daun yang ia hinggapi, atau terbuangkan dari penglihatan para ilmuwan dan pawang pemburunya. Tapi itu masih belum seberapa. Seekor kupu-kupu masih harus terus berproses untuk menemukan kemudian melakukan fungsi dan peranannya sebagai kupu-kupu sejati. Ia pun harus mempersiapkan diri untuk menyiapkan generasi penerusnya yang kelak turut mewarnai angkasa pula dengan keindahannya. Kemudian barulah ia bisa bercinta seutuhnya dengan Sang Sejati Nan Abadi. Dan itulah keberhasilan sesungguhnya, seorang “Aku” yang berhasil mengerti ke”Aku”annya, berlaku sebagai sejatinya “Aku”, kemudian mampu membenamkan ke”Aku”annya untuk terkadang menjadi “Aku” sebagai dia atau “Aku” sebagi “Engkau”, dan akhirnya mampu mengembalikan ke”Aku”annya pada “Engkau” Sang Empunya segalanya.

Bisa jadi uraian di atas tidak cukup untuk mewakili keindahan karya penulis aslinya, Jabeer. Akan tetapi, karena “The Author is Dead” saat sebuah karya itu sudah diberanikan untuk dibaca orang lain, maka bisa jadi novel terjemahan ini akan memiliki kehidupannya sendiri, memiliki ruhnya sendiri, yang ia akan dapat menemukan pembacanya sendiri. Yaitu pembaca yang mampu meleburkan ke”Aku”annya untuk beralih menjadi “Aku” dalam novel ini. Menemukan “Aku” sebagai ke”Aku”annya, kemudian membangkitkan kembali ke”Aku”annya untuk menyatu dengan si “Aku” dalam novel ini. Begitulah, keterikatan ruh pembaca yang bergumul mesra dengan apa yang sedang dinikmati dalam bacaannya.

***
Begitu kompleksnya proses metamorfosa kupu-kupu, tak jauh beda dengan kompleksitas proses keterjadian manusia. Manusia yang kemudian mampu mengetahui realitas dirinya,peranan, dan fungsinya serta mampu mewujudkan perilaku manusiawi yang memanusiakan manusia. Setelah itu, manusia harusnya tidak puas dengan hanya kemanusiaannya saja. Ia harus menjadi lebih istimewa dengan kemampuan yang terlanjur dianugerahkan padanya, untuk meniti jalan menuju Yang Kuasa, Sang Hyang Widhi Wasa.

***
Untuk kesan menerjemah novel Kupu-kupu Biru,

Karena ini adalah proyek kubu, jadi pembedah secara pribadi berusaha menyeimbangkan solidaritas dalam kubu. Berusaha menyelaraskan bahasa dan menyeragamkan pemahaman. Terkait kesulitan menerjemah, terdapat pada minimnya pengetahuan kubu ini akan kondisi nyata baik secara fisik antropologi kota Beirut dan juga non fisik psyche orang Beirut dan stilenya. Hanya sedikit artikel yang terkumpul tentang kota Beirut untuk mengakses bahasa yang dipasarkan di sana, untuk kemudian dipasangkan di terjemahan. Kemudian, alur cerita yang terlalu kompleks yang menimbulkan varian tanggapan dan pandangan dalam kubu, sehingga proses editting masih layaknya potongan puzzle yang saling berkelindan. Seorang penerjemah seharusnya berakraban dengan kamus dan elastis dengan konteks teks sumber, agar hasil terjemahannya tidak kaku. Karena ini adalah pengalaman pertama, jadi tidak ada jaminan estetika bahasa maupun rangkai ceritanya yang gamblang. Oleh sebab itu, ini bukanlah hasil akhir, melainkan harus diperbaiki lagi dan terus berproses lagi, lagi dan lagi. 
 
Tulisan ini mewakili pribadi pembedah yang sebenarnya ia adalah seorang mahasiswa yang buta novel, demam novel, dan sejenisnya. Deretan kata di atas hanyalah yang terjeda yang bisa diungkapkan si buta dengan segala keterbatasannya. Bisa jadi bagi pembaca yang sesungguhnya, ia akan mampu menemukan nilai-nilai lain yang lebih kompleks lagi. Akan sangat boleh jika pembedah diabaikan atau bahkan dimatikan pula. Karena, demikian bisa jadi akan mengantar pembaca pada kekosongan dan kesiapan untuk menerima setiap nilai amanat positif dari novel Kupu-kupu Biru ini. Sekali lagi, jangan pernah percaya dengan deret bahasa gila yang diungkapkan oleh pembaca yang buta ini. Karenanya, siapapun dapat membaca dan berproses menemukan ke”Aku”annya sendiri, di manapun, kapanpun, dan bersama siapapun. Yang lebih berharga bukanlah hasil, melainkan proses dan pengalaman ketika berproses. karena hal itulah yang tak dapat dibeli oleh rupiah berapapun dan tak bisa tergantikan oleh siapapun. So, sobat, alamilah pengalamanmu sendiri dan jangan takut berproses!

Begitulah setitik tinta yang terurai bersahutan menjejakkan agenda besar anak bangsa, BSA’12. Semoga berkenan di hati teman-teman semua. Terimakasih atas kerja samanya, dan atas paksaannya untuk membedah novel Kupu-kupu Biru. Akhirnya saya berkenalan dengan novel yang hadir dengan wajah alur yang unik dan kreatif. Sehingga saya pribadi merasa terkorek untuk memicu kreativitas menyelami dunia sastra yang begitu kaya. Terimakasih atas kesempatan untuk saya mengalami pengalaman berharga ini.

Sukses buat semuanya, berkah buat semua proses yang kita lalui bersama di BSA. Aamiin.
Teruslah berproses untuk menjadi pribadi yang memberikan manfaat untuk yang lain!


HISTISHA NR. (LITTLE RABBIT)