TAMAN KEHIDUPAN*
By: HISTISHA NR.
Ketika dianalogikan sebuah taman, kehidupan itu akan
tampak indah jika dihiasi dengan pepohonan dan rerumputan yang tumbuh menghijau
nan subur. Diantara ragam pohon yang berhasil menembus perut bumi untuk dapat
menjulang menggapai langit, ada lima jenis yang istimewa yang mampu memberikan
kesejukan dalam ruang taman itu.
Kelima pohon itu bermarga, “pengetahuan para ilmuwan”,
“kebijakan para pemimpin”, “pengabdian para hamba”, “kejujuran para pedagang
dalam berniaga”, dan “kesetiaan para pekerja menekuni profesinya”. Jika kelimanya
dirawat, dipupuk, dan disirami dengan cukup. Jika kelimanya mampu tumbuh subur
memenuhi taman-taman. Maka, tidak hanya batang. Tidak hanya dahan. Tidak hanya
ranting-ranting dan dedaunan, yang dapat menyejukkan setiap pasang mata yang
memandang. Melainkan, manisnya buah yang yang siap dipanen akan turut menggiurkan
perut-perut keroncongan. Melepaskannya dari jerat kelaparan. Menghapuskannya dari
kerontang kedahagaan. Dan menyejahterakan setiap organisme yang mampu memahami
keagungan kuasa Tuhan.
Tapi, tidak hanya manusia yang akan terpikat berduyun-duyun
menikmati hasil dari kesuburan pepohonan itu. Hama-hama pun serasa ditarik oleh
kutub magnet yang berbeda, sehingga tanpa menunggu undangan mereka datang
berkawanan. Berbondong-bondong menuju taman untuk meringkus pepohonan.
Hama-hama itu tak lain berlabel “kemurkaan”,
“kecurangan”, “ke-pamer-an”, “ke-dusta-an”, dan kemalasan atau penghianatan”.
Jika, kehadiran kelima hama ini tak dapat teratasi dengan baik, bisa dipastikan
bahwa kelima pohon tersebut perlahan akan tumbang, dan terkuburkan bersama
debu-debu yang berserakan. Membusuk dan membumi, tanpa bisa mengindahkan
taman-taman lagi.
Oleh karenanya, sebagai makhluk yang berakal, jangan
anggurkan karunia istimewa dari Tuhan itu. Timang akal ini untuk menuntunya
mengolah, menjaga, merawat, dan melindungi kelima jenis pohon tersebut. Agar
tidak sampai tergerogoti oleh hama-hama yang kian berbahaya. Atau, sebelum
hama-hama itu datang, persiapkan pohon-pohon itu dengan berbekal vaksin sebagai
tameng kekebalannya, sehingga ketika hama-hama itu bermunculan, sang pohon
masih sanggup bertengger tegak mengayomi siapapun yang berlindung di naungnya.
Dan tetap mampu memproduksi buah yang siap kunyah, atau menitiskan bunga yang
menebar aroma harumnya.
Atau, jika kita tak dapat menjadi diantara kelima pohon
tersebut yang senantiasa menghiasi taman-taman, setidaknya kitak tidak menjadi
hama-hama di atas yang dapat mencincang tata keseimbangan alam.
Malang, 15 Desember 2015
HISTISHA NR.
*) Diilhami dari
dawuhnya Ustadz Ahmad Fuad Effendi dalam Konferensi Meja Tak Bundar Silatnas 2
di Magelang.
No comments:
Post a Comment