KETIDAKJELASANKU
Bahasa
itu tak selalu terucap lewat lisan
Bahasa
menyimbolkan segala hal
Sesuatu
yang tampak
Tidak
tampak pun banyak
Aku
tak mengerti
Bahasa
apa yang telah menemaniku
Sehingga
Terkadang
orang mampu membacanya di luar kemampuanku
Atau
bahkan sama sekali tidak mengerti aku
Siapa
aku
Tak
terjemahkan
Jangankan
oleh air yang mengalir
Udara
yang berhembus pun mungkin enggan mengenaliku
Api
Kenapa
begitu besar ku menyalakanmu
Sehingga
aku sendiri selalu terbakar dalam diamku
Airku
tak mampu lagi memberi kesegaran yang ku harapkan
Kenapa
Semuanya
hancur
Hanya
karena ketidak jelasan bahasaku
Andai
aku tahu aku
Mungkin
aku
Apiku
Airku
Udaraku
Bumiku
Mampu
mengisikan ruang yang semestinya terisi
Bagaimana
airku akan mengalir
Jikala
aku menghapus hulu hilirnya
Bagaimana
anginku akan bertiup
Sedang
aku selalu menekannya dalam kehampaan ruang
Bagaimana
bumiku kan terhampar
Jika
aku selalu menggulungnya rapat-rapat
Apiku
selalu berkobar
Membakar
jiwa yang makin rapuh ini
Sampai
segala yang menyertaiku terlalap kobarannya
Aku
Siapa
aku
Mati
pun
Aku
tak kan terkenang
Bagaimana
tidak
Tak
seorangpun mendapatiku dalam kebaikan
Noda
hitam yang membekas
Lebih
pekat dari sekedar aliran darah akibat goresan duri mawar
Cat
putih pun tak kan mampu menutupinya
Aku
Bagaimana
aku
Harus
kemana aku
Siapa
yang mampu mendengarku
Semuanya
tersakiti olehku
Semuanya
terluka karenaku
Tak
tahu lagi apa yang akan ku goreskan dengan tinta ini
Percuma
Semutpun
malas mengintip
Aku
kesepian
Meski
ragaku di tengah kebisingan
Jiwaku
kosong
Hampa
Aku
ingin bangkit
Tapi
selalu terjatuh
Badai
ini tak sekedar merobohkan jiwaku
Tapi
semua anganku
Aku
hancur
Tersapu
angin
Mengarah
tak tentu
Bosan
Jenuh
Arti
semua ini apa
Apa
Tetesan
air mata tiada guna
Menetes
darah pun
Tak
kan ada yang peduli
Tersenyum
Kapan
hatiku selaras dengan senyumanku
Bahkan
aku sendiri lupa kapan aku tersenyum nyata
Yang
kumiliki
Semu
Aku
pun begitu
Tak
ada yang abadi dalam diriku
Tapi
kenapa semua orang tak menyukai perubahanku
Aku
Tak
hidup sebagai aku
Lantas
Siapa
aku ini
Tak
ku temukan jalan kembali
Aku
sudah lupa dengan siapa diriku
Cerita
masa lalu
Jeritanku
Melawan
kematian
Tangisku
Menyertai
pahitnya kehidupan
Gelak
tawaku
Menyambut
canda
Tetesan
air mata haru bahagia
Kenyamanan
Di
mana harus aku mencarimu kembali
Tuk
temani jiwa yang rapuh ini
Berapa
lama lagi aku menanggung semua dosa
Tidak
berkurang tapi malah menggunung
Beliung
pun tak mampu menyapunya
Gelombang
samudra tak membasahinya setitik pun
Aku
Ranting
kering
Rapuh
Antara
patah dan aus
Keduanya
tak menjanjikan
Patahanku
kan menyatu dengan bumi
Mungkin
bintang yang selama ini aku dambakan
Tak
kan lagi bisa menyinariku
Bak
ketika ku bertengger di dahan
Aku
di balik tumpukan debu
Hanya
bisa menatapmu
Bintangku
Sudikah
engkau menyisihkan sinarmu untukku
Meski
hanya secercah
Ketiadaanku
Tak
akan membuat sinarmu redup
Aku
berjanji
Karena
masih banyak ranting-ranting
Yang
bertengger di dahan
Yang
mengharap sinarmu
Aku
rindu kehangatan sinarmu
Bintangku
Meski
aku tak mampu meraihmu
Dari
jauh
Doaku
tak pernah terhenti untuk kebahagiaanmu
Ketidak
jelasan ini
Membawaku
Berjalan
lebih panjang
Terjaga
lebih lama
Dan
Sayang
Aku
tak menikmatinya
Bodoh
Sebutan
apa lagi yang pantas untukku
Tak
bisa menyadari sesuatu yang amat dekat
Aku
lelah
Tuhan
Inginku
pejamkan mataku
Tapi
Gunungan
dosa membuatku takut menghadapmu
Sungguh
aku lelah
Lelah
Dan amat
lelah
Tolong
aku
Tuhanku