DESKRIPSI MANUSKRIP "MUSHAF"
Mushaf ini diperoleh dari Asri Furoidhoh,
seorang mahasiswi semester delapan, Jurusan Bahasa dan Sastra Inggris,
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. Mushaf ini ditemukan
oleh ibu Asri kemudian diberikan kepada pamannya. Dari pamannya inilah Asri
mendapatkan mushaf ini. Mushaf ini disimpan sebagai peninggalan dari kakeknya
“Bapak Abdur Rahman,” yang notabene adalah penyalin mushaf ini. Keluarga si
pemilik mushaf ini bertempat tinggal di Dusun Lawatan 05/09, Desa Kalirejo,
Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Pasuruan.
Adapun ukuran naskahnya adalah 29,2 x 19,8 cm,
dengan ketebalan naskah 2,6 cm. Ukuran teksnya 20,1 x 13,5 cm, dengan margin 4,6
cm pada bagian atas dan bawah, 5,2 cm pada bagian tepi dan 1,6 cm pada bagian
dalam. Mushaf ini terdiri dari 212 halaman, yang masing-masing halaman tertisi
13 baris dengan spasi 1 cm, dan menggunakan dua garis tipis sebagai bordernya.
Mushaf ini disalin dengan cukup baik menggunakan
bahasa Arab dengan khat Naskhi mendekati Muhaqqaq[1]
ukuran 0,7 cm, ditulis menggunakan pena[2]
dengan ketebalan 1 mm. Penulisannya menggunakan tinta dua warna: hitam untuk
menulis lafal dan border, dan merah untuk menulis kepala surah, batas ayat,
tanda Waqaf dan tanda baca Mad. Sebagaimana lazimnya
mushaf-mushaf tua, setiap akhir ayat tidak bernomor. Akhir ayat ditandai dengan
lingkaran warna merah.
Secara keseluruhan, alas yang dipakai dalam
penyalinan naskah mushaf ini terbuat dari kertas kapas,
dijilid dengan benang wol. Kondisi fisiknya sudah tidak bersampul, tetapi masih
ada serpihan sampul yang tersisa pada bagian penjilidan, yang diduga terbuat
dari pelepah kayu. Mushaf ini tidak lengkap 30 Juz, melainkan hanya tersisa
mulai surah Al-Baqarah ayat 203 sampai Yusuf ayat 51. Terdapat 6 halaman di
bagian depan dan 52 halaman di bagian belakang yang tidak utuh karena telah usang
dan sobekannya telah hilang termakan usia. Empat halaman di bagian depan pun
sudah menggulung akibat kurangnya perawatan dari pihak pemilik.
Dalam mushaf ini tidak ditemukan adanya
ilustrasi maupun iluminasi sebagai hiasannya. Hanya saja ditemukan coretan-coretan
pensil berbentuk bulatan-bulatan berantai tidak beraturan di beberapa tepi
teks, yang disinyalir itu bukan gambaran dari penyalin, melainkan kemungkinan
dicoreti oleh anak-anak. Ada juga tulisan maqra’ di bagian tepi menggunakan
tinta warna hitam dan tulisan juz di setiap pergantian juz menggunakan khat
mendekati Sulus dengan tinta warna merah di bagian tepi.
Selain itu, dijumpai beberapa tulisan di luar
teks yang dikategorikan sebagai adisi atau tambahan dari lafal-lafal ayat yang
tidak lengkap dan revisi atau perbaikan dari kesalahan penulisan teks. Terdapat
6 adisi yang terletak pada : Surah Hud ayat 9, Surah Yunus ayat 85, Surah
Al-A’raf ayat 99, Surah Al-Maidah ayat 101, dan Surah Al-Imran ayat 180, yang
kelimanya ditulis menggunakan tinta warna hitam. Sementara adisi pada Surah Al -A’raf
ayat 163 ditulis menggunakan tinta warna merah. Untuk revisi, jumlahnya ada 3 yang terletak pada : Surah
Al-A’raf ayat 151, Surah Al-A’raf ayat 120, dan Surah An-Nisa’ ayat 1, yang
ketiganya ditulis menggunakan tinta warna hitam.
Karena mushaf ini tidak lengkap, maka tidak
didapati kolofon yang seyogyanya di sana tertulis identitas penyalin dan tahun
penyalinannya. Tapi, warna kertas yang sudah coklat tua dan usang membuktikan
bahwasannya mushaf ini sudah cukup lama penyalinannya.
Malang, 07 April 2015
Himatul Istiqomah
12310079
[1] Gaya tulisan yang dibakukan oleh Ibnu Muqlah (w. 904 M) dan
mencapai kesempuranaan di tangan Ibnu Bawwab (w.1022 M) dan Yaqut Al-Mu’tasimi
(w. 1298 M) di Bagdad. Seperti tulisan Naskhi, Muhaqqaq menjadi populer
untuk menyalin Al-Quran sejak awal abad ke -12 M. (Akbar-2005-Mushaf.pdf. hlm.
3)
[2] Pena Jawa Kalemi, pena yang keras, tidak mudah tumpul, terbuat dari
pohon Aren yang khas tumbuh di Indonesia dan Malaysia. Ibid. Hlm. 4
No comments:
Post a Comment