Thursday, April 2, 2015

MATI TERSEDAK



MATI TERSEDAK

Hingar-bingar kehidupan ini kadang membuat orang hanya memandang sebelah mata pada arti sebuah kebahagiaan. Hari-hari kian penuh dan sesak oleh harapan-harapan dan impian palsu. Bagaimana tidak? Seseorang dengan begitu bangga mencuatkan dan menggantungkan angannya di sudut bintang, sementara tangan dan kakinya tiada ubahnya dengan onggokan daging yang tak bertulang.

Detik-detik yang berlalu, hanya dihabiskan untuk muhasabah. Tapi mirisnya, bukan muhasabah terhadap amal-amalnya, malah muhasabah dengan materi-materi kasat mata yang dibiarkan menggunung dan memenuhi pikirannya. Seseorang ini begitu senang ketika apa yang diinginkan tercapai dengan mudah, tanpa susah payah dan tanpa menghisap sepeserpun isi kantongnya. Baginya, semua kesenangan adalah haknya secara penuh. Sehingga tak jarang dia menggigit jari dan mengernyitkan dahi ketika angin menyampaikan kabar kegembiraan oranglain di telinganya. Sebaliknya, angin surga terasa menyegarkan tubuhnya ketika dia mengetahui oranglain kehilangan nikmat atau tersandung musibah.

Inhibitor siklus kehidupan seperti orang ini, sering kali terbakar hatinya. Dan semasa hidupnya dia akan berulang kali menjadi mayat yang mati karena tersedak sifat hasud, tamak dan bakhilnya. Sebelum dia menghadapi sakaratul maut ketika peregangan nyawa, dia sudah lebih dulu sekarat setiap kali mengetahui oranglain mendapatkan sebuah kebahagiaan, yang baginya itu adalah sebuah bombardir yang mencekik seluruh urat nadinya.

(fal ‘iyaadzu billahi min dzalik)


No comments:

Post a Comment