Wednesday, May 6, 2015

INTERAKSI DAN PERCAMPURAN BAHASA PADA MASYARAKAT ISLAM BARU DI JAZIRAH ARAB



INTERAKSI DAN PERCAMPURAN BAHASA PADA MASYARAKAT ISLAM BARU DI JAZIRAH ARAB

Dosen Pembimbing :
M. Anwar Mas’adi, M.A.

Oleh :
Himatul Istiqomah                  12310079
Ziarotul fauziah             12310036





JURUSAN BAHASA DAN SASTRA ARAB
FAKULTAS HUMANIORA
UNIVRSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2015


KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamin, senantiasa terucap sebagai bagian dari rasa syukur penulis terhadap rahmat dan nikmat yang tiada hentinya dikaruniakan oleh Allah Swt, sehingga penulis bisa sampai pada penyusunan tugas makalah saat ini. Allaahumma shalli ’alaa sayyidinaa muhammad, senantiasa terlantunkan untuk mengharap syafaat beliau Sang Legendaris Umat yang tidak pernah lekang oleh perputaran jagat, “Nabi Muhammad SAW” yang selalu terkenang sepanjang zaman.
Penyusunan makalah yang berjudul “Interaksi Dan Percampuran Bahasa Pada Masyarakat Islam Baru Di Jazirah Arab” ini merupakan pemenuhan tugas akhir semester mata kuliah Dirasah Mujtamaát al-Arabiy I yang diampu oleh M. Anwar Masádi. Selain itu penyusunan makalah ini bertujuan mengungkap fakta sejarah mengenai peranan Islam terutama Al-Qurán dalam pengaruhnya terhadap keberadaan bahasa “dialek” yang semula beragam di Jazirah arab sehingga menginduk menjadi satu bahasa Arab fusha, yang kemudian menjadi patokan di dunia keilmuan khususnya dan sebagai lingua franca khususnya.
Penulis berharap semoga makalah ini menjadi tambahan wawasan yang bermanfaat, bagi penulis khususnya, dan bagi pembaca pada umumnya. Penulis selalu terbuka dalam menerima kritik dan saran yang bersifat membangun untuk perbaikan karya tulis ini dan karya selanjutnya. Semoga segala kebaikan dan dorongan dari berbagai pihak dapat bernilai ibadah di sisi-Nya. Aamiin.

Malang, April 2015

Penulis


ABSTRAK
Dalam interaksi sehari-hari, bahasa merupakan alat komunikasi pokok untuk menyampaikan sebuah pesan antara komunikator dan komunikan. Diantara beragam bahasa di dunia, terdapat bahasa Arab yang dalam sejarah tercatat sebagai rumpun bahasa Semit yang dinisbatkan pada Syam putra Nabi Nuh As. Ada dua klasifikasi pada bahasa Arab terdahulu, yaitu: pertama, Al-Arabiyat al-baidah yang dikenal dengan sebutan Arabiyat al-nuqusy (bahasa Arab prasasti), ke dua, Al-Arabiyat al-baqiyah yaitu bahasa suasana formal seperti pidato-pidato, siaran-siaran dan jurnalisme.
Sebelum diturunkannya al-Qurán dan al-Hadits, keragaman dialek pada masyarakat Arab menimbulkan kesulitan berkomunikasi ketika berkumpul dengan masyarakat dari berbagai suku. Namun keberadaan dominasi dialek Quraisy menjadi solusi atas permasalahan itu. Karena al-Qurán dan al-hadits diturunkan dengan bahasa Arab Quraisy sehingga keduanya berfungsi sebagai allughoh al musytarikah (lingua franca).
Diturunkannya al-Qurán dan al-Hadits juga memberikan pengaruh terhadap kemajuan masyarakat Arab diberbagai bidang, seperti agama, pengetahuan, ekonomi, politik, sosial, budaya dan sebagainya.
Kata kunci: bahasa Arab, al-Qurán dan al-Hadits, masyarakat Arab di awal masuknya Islam.



BAB I
PENDAHULUAN
1.1        Latar Belakang

Bahasa Arab merupakan salah satu rumpun bahasa Semit, dipergunakan oleh suku Arab yang tinggal di Semenanjung Jazirah Arab. Sejarah awal perkembangannya tidak dapat diketahui secara pasti. Namun, para sejarawan dapat memperkirakan bahwa sekitar satu setengah abad atau dua abad sebelum kedatangan Islam, telah ditemukan beberapa prasasti yang di dalamnya tertulis karya-karya sastra berbentuk syair (puisi) dan sedikit berbentuk prosa.

Sebelum diturunkannya Al-Qurán, bahasa di jazirah Arab masih berupa dialek-dialek, yangmana masyarakat setiap daerah memiliki gaya tersendiri dalam bertutur kata (karena jaman dahulu belum dikenal aksara baca-tulis). Diantara beberapa dialek yang muncul pada masa itu, terdapat satu dialek yang paling dominan dan berpengaruh besar terhadap kemajuan kebudayaan serta peradaban masyarakat Jazirah Arab di jaman Jahiliyah. Dialek itu tidak lain disebut dialek Quraisy. Dialek inilah yang selanjutnya menjadi induk dari bahasa Arab Fusha yang Al-Qurán pun diturunkan menggunakan dialek Quraisy ini.

1.2        Rumusan Masalah

1.      Bagaimana bahasa di Jazirah Arab Pra-Islam?
2.      Bagaimana Pengaruh Bahasa al-Qurán di Jazirah Arab?

1.3        Tujuan Pembahasan

1.      Untuk mengetahui sejarah bahasa di Jazirah Arab Pra-Islam?
2.      Untuk mengetahui perkembangan bahasa Arab akibat pengaruh bahasa al-Qurán di Jazirah Arab?

BAB II
PEMBAHASAN
1.1  Bahasa di Jazirah Arab Pra Islam
1.      Asal-Usul Bahasa Arab
Wafi dalam bukunya (2004 : 78) menuturkan bahwasannya bahasa Arab lahir bersamaan dengan bahasa Yaman Kuno dan bahasa Habsyah Samiyah, yangmana merupakan satu rumpun bahasa Samiyah Janubiyah. Tetapi ada sebagian sejarawan yang menuturkan rumpun bahasanya bukan Samiyah Janubiyah melainkan Samiyah Syamaliyah. Sebagaimana dalam Hitti (2014 : 109-110), yang disebut bahasa Arab adalah bahasa Himyar-Saba, juga dialek Hijaz sebelah utara, tetapi karena yang terakhir menjadi bahasa agama Islam dan sepenuhnya menggantikan dialek Yaman sebelah selatan, maka ia menjadi bahasa Arab par excellence. Karena itu, ketika kita menyebut orang-orang Arab dan bahasa Arab, maka yang kita maksudkan adalah orang-orang Arab Utara dan bahasa Al-Qurán .
Bahasa Arab merupakan rumpun bahasa Semit dan mempunyai anggota penutur yang terbanyak. Bangsa Semit berikut bahasanya dinisbatkan pada putra Nabi Nuh yang bernama Sam ibn Nuh. Garis keturunan Sam inilah yang melahirkan berbagai bangsa dan bahasa, di antaranya ‘Akkadiyyah (abad -20 SM), Aramiyah (abad -9 SM) Kan‘aniyah,Arab (mulai abad -1 SM “Baidah” dan -5 M “Baqiyah”) dan  lainnya. (Wafi : 2004 : 78-79).
Wafi  (2004 : 79) menyebutkan bahwasannya bahasa Arab Baidah masih berupa dialek-dialek yang dituturkan oleh mayoritas masyarakat Arab Kuno di kawasan Utara dekat dengan perbatasan Aramiyah, Madain Shalih dan Hijaz. Sehingga Masyarakat di kawasan ini, dalam berbahasa sangat dipengaruhi oleh bahasa Aramiyah.  Bahasa Arab Baidah ini dipakai lama sebelum masa Islam. Hanya sedikit Nuqusy yang masih digunakan dalam perkembangan bahasa Arab selanjutnya atau Baqiyah, sehingga bahasa ini juga dinamai dengan bahasa Arab Nuqusy.
Sementara bahasa Arab Baqiyah, berdasarkan Wafi  (2004 : 79), adalah bahasa Arab yang masih digunakan hingga saat ini sebagai bahasa Arab Induk di bidang sastra,  penulisan, dan pembukuan. Bahasa ini menyebar di kawasan Nejed dan Hijaz, yang kemudian menyebar ke berbagai penjuru Arab dengan penggunaan dialek masing-masing daerah.
2.      Bahasa Arab Pra islam
Disinggung dalam Wafi  (2004 : 86), bahwasannya bahasa Arab diklasifikan oleh para penuturnya sejak masa lampau, berdasarkan suku-suku, keadaan goegrafis, lingkungan sosial dan cara pandang masyarakat serta keragaman budaya, dan lain-lain. Peng-klasan tersebut melahirkan beragam dialek yang masing-masing memiliki perbedaan dalam segi fonetik, sintak, gramatikal maupun kosa kata yang digunakan.
Keberagaman dialek ini digunakan masyarakat Arab dalam komunikasi ketika berinteraksi dengan sesama, juga dalam transaksi jual-beli, Ibadah Haji dan strategi peperangan. Namun dari banyak dialek yang ada pada masa itu, terdapat satu dialek yang berpengaruh lebih luas di kalangan masyarakat Arab. Dialek ini dapat dimengerti dan dipahami oleh berbagai klas-klas tersebut di atas. Masyarakat Arab menamai dialek ini dengan Quraisy yang dinisbatkan kepada suku Quraisy “suku ternama di Jazirah Arab.”
Wafi (2004 : 87) merincikan beberapa faktor pendorong dominasi dialek Quraisy atas masyarakat Arab. Faktor-faktor tersebut di antaranya:
1.      Faktor keagamaan, kaum Quraisy sering mengunjungi Baitullah, untuk melaksanakan urusan dan peribadatannya. Dalam pandangan mayoritas suku bangsa Arab di masa Jahiliyah, Baitullah merupakan tempat yang disucikan, dimana banyak orang yang berkunjung ke sana untuk melaksanakan manasik haji, dan ada pula yang datang untuk menyembah patung – patung dan membawakan sesajian kurban. Bagi kaum Quraisy hal itu merupakan pengaruh keagamaan yang melekat pada suku bangsa Arab.
2.      Kekuasaan ekonomi, di genggaman orang – orang Quraisy terdapat sejumlah pandangan yang besar, yaitu bagi mereka yang sering berpindah – pindah tempat berdagang diberbagai wilayah jazirah Arab, dari Syam bagian utara menuju Yaman Selatan. Sebagaimana yang telah kami sampaikan dalam surah Quraisy : “لإيلاف قريش إيلافهم رحلة الشتاء والصيف... الخ. Dengan rangkaian kegiatan tersebut, maka kendali kekayaan di negara Arab di pegang oleh kaum Quraisy.
3.      Pengaruh politik, bagi orang – orang Quraisy telah menjadi suatu kenyataan bahwa keutamaan pengaruh agama dan ekonomi serta keutamaan kedudukan negaranya bisa menjadi suatu pengaruh politik yang cukup kuat di antara negara – negara Arab lainnya pada masa Jahiliyah.
4.      Dialek Quraisy merupakan dialek Arab terluas yang menjadi suatu aset kekayaan bangsa. Ia merupakan dialek Arab tertinggi dari segi uslubnya, serta menjadi dialek yang paling mampu untuk mengutarakan seni kata yang berbeda. Hal itu disebabkan oleh keutamaan yang telah ditentukan bagi para penuturnya, baik dari segi sarana kebudayaan maupun kesempatan yang banyak untuk memperoleh kesan khusus dengan dialek Arab yang berbeda – beda.


1.2  Interaksi dan Percampuran Bahasa pada Masyarakat Islam Baru di Jazirah Arab
1.      Bahasa al-Qurán dan Hadits
إنا أنزلناه قرأنا عربيا لعلكم تعقلون (يوسف : 2)
Artinya: “Sesungguhnya Kami telah menurunkan al-Qurán kepada Muhammad dengan bahasa Arab, supaya kamu sekalian memahaminya.” (Q.S. Yusuf : 2).
Berdasarkan ayat al-Qurán di atas, jelas lah bahwasannya al-Qurán diturunkan dengan berbahasa Arab. Wafi (2004 : 89) menegaskan dalam tulisannya mengenai Al-Qurán yang diturunkan dengan bahasa Arab Quraisy, yangmana dialek tersebut dipahami oleh semua suku di Arab dan berpengaruh besar terhadap kehidupan bangsa Arab dan sebagai bahasa Sastra Arab. Wafi bahkan menggambarkan tentang betapa besar kontribusi dialek Quraisy terhadap peninggalan masa jahiliyah yang berupa syair, muállaqat, khitabah, hikam, amtsal dan karangan-karangan lainnya. Sampai-sampai hampir dianggap asing sesuatu yang menggunakan bahasa selain dialek Quraisy ini.
Betapa terharunya orang-orang Arab mendengar alunan bahasa yang indah turun dari langit mengumandangkan nilai-nilai yang sangat agung melampaui segala apa yang mereka dengar dan ketahui selama ini. Menurut Intan (tt : 5), keindahan bahasa Al Qur’an yang memukau telah berperan sebagai sarana “dakwah” memikat hati orang-orang untuk tunduk mengakui kebenaran Islam dan sekaligus menganutnya, Ini merupakan suatu indikasi bahwa bahasa Al Qur’an yang sampai kini dibaca oleh setiap muslim adalah bahasa yang hidup dikalangan masyarakat Arab sebagai alat komunikasi sehari-hari.
Disamping al-Qur’an yang diturunkan dengan bahasa Arab, ada pula al-Hadits yang juga berbahasa Arab Quraisy, yang isinya dari Allah, sedangkan redaksinya disusun oleh Nabi Muhammad Saw. Al-Hadits merupakan mukjizat paling penting sesudah al-Qurán yang berfungsi sebagai penafsir al-Qurán dan penjelas hukum-hukum serta undang-undangnya.
2.      Pengaruh Bahasa al-Qurán dan al-Hadits di Jazirah Arab
Hampir semua pengamat baik dari Barat maupun orang Muslim Arab menganggap bahasa al-Qurán sebagai bahasa yang memiliki standar ketinggian dan keelokan linguistik tertinggi yang tiada taranya. Menurut Arsyad (2003 : 1-2)[1], hal itu berdampak pada munculnya superioritas Sastra dan Filsafat bahkan pada Sains seperti Ilmu Matematika, Kedokteran, Ilmu Bumi, dan Tata Bahasa Arab pada masa-masa kejayaan Islam dan setelahnya.
Dengan adanya ayat-ayat al-Qurán, peradaban dan ilmu pengetahuan menjadi tumbuh dan berkembang. Masyarakat Arab khususnya beralih dari makhluk yang menyembah batu menuju masyarakat yang dapat mengatur dan memakmurkan bumi. Muhammad Ali al-Shabuni (dalam Musgamy : 2014) menyatakan bahwa para pakar bahasa Arab, kalangan linguis Arab dan ahli Ilm al-Bayan telah sepakat mengenai kemukjizatan al-Qurán ada pada faktor al-Quránnya itu sendiri, yang terkandung pada:
1.      Kefasihan susunan kalimatnya;
2.      Keindahan maknanya;
3.      Bentuk sistematika bahasanya yang menakjubkan.
Musgami (2014) menuturkan, disamping al-Qurán diturunkan dengan membawa dua tujuan pokok, yaitu; pertama, al-Qurán  merupakan mukjizat sebagai bukti kebenaran apa saja yang disampaikan Nabi Muhammad Saw; ke dua, al-Qurán  sebagai hidayah (petunjuk) demi kebaikan kehidupan manusia di dunia dan kehidupan di akhirat, al-Qurán  juga merupakan mukjizat abadi yang dapat membungkam para ahli balaghah yang hendak memadamkam cahaya Allah Swt, lewat syair-syair mereka. Dimana kebiasaan dan tradisi orang Arab pada saat itu selalu berlomba dalam bidang syair. Hal semacam ini memicu perkembangan bahasa Arab hingga sampai ke puncaknya, sempurna dari segi perubahan kata-katanya, struktur dan susunan gaya bahasanya. Di saat semacam ini lah al-Qurán  diturunkan, bukan hanya sebagai bahasa wahyu yang menyatakan kebenaran Nabi Muhammad Saw sebagai rasul Allah, tapi juga sebagai bahasa yang unggul, jauh di atas bahasa lainnya.
Disebut dalam Musgami (2014), Diturunkannya al-Qur’an pada saat itu, tak lepas dari pengaruhnya terhadap bahasa masyarakat Arab, yang timbul sebagai efek dari bahasa dasarnya yaitu bahasa Arab yang memiliki kesamaan dasar dialek “Quraisy.” Di antara pengaruhnya adalah:
1.      AlQur’an memperindah dan menghias lafadz bahasa Arab.
2.      Muncul makna-makna baru dalam lafadz bahasa Arab untuk mencocokkan dan memahamkan syariat Islam.
3.      Terjaganya bahasa Arab dari kepunahan, sebagaimana Alllah menjaga AlQur’an. “Sesungguhnya kami (yang) menurunkan Dzikr dan kami pula yang menjaganya.” (Qs Al Hijr: 9). Bahasa Arab Fusha hari ini adalah bahasa yang sama dengan bahasa Arab ketika al-Qur’an diturunkan. Tidak seperti bahasa kitab suci agama lain yang sebagian besar bahasanya tidak bisa dipahami lagi oleh orang orang zaman sekarang karena bahasa tersebut telah lama ditinggalkan dan hampir punah.
4.      Tersebarnya bahasa Arab ke seluruh penjuru dunia. Di mana saja dijumpai Islam, maka akan dijumpai bahasa Arab. Dan tidak tersisa permukaan bumi ini kecuali telah sampai syiar Islam kepadanya.
5.      Bahasa al-Qur’an ini dikuatkan pula dengan kesatuan dialek, yaitu dialek Quraisy.
6.      Barulah dari bahasa Arab ini berkembang ilmu-ilmu diniyyah seperti Ilmu Tafsiir , ‘Uluumul Hadiits , Fiqh , dan Ushul Fiqh . Dan
7.      Dari bahasa Arab ini juga muncul ilmu-ilmu tentang kaidah bahasa Arab seperti nahwu-sharf dan lain-lain.
Sedangkan Ali Abd Wafi (2014 : 114) menjelaskan bahwa dengan turunnya al-Qurán, bahasa Arab menjadi lebih kokoh sebagai bahasa yang fasih, berkembang lebih luas, menyebar ke seluruh penjuru dunia, dan dengan izin Allah akan kekal abadi selama langit dan bumi masih ada. Wafi juga mengatakan bahwa salah satu penyebab kuatnya posisi bahasa Arab, karena bahasa al-Qurán  diturunkan dalam bahasa Arab. Sementara itu, Faiz al-Math (1995 : 47) juga mengemukakan bahwa pengaruh al-Qurán  dalam bidang sastra adalah melatih bahasa mereka (Arab) dan menjadikan satu bahasa meskipun tempat tinggal mereka berjauhan. Dengan mempelajari kalimat dalam ayat-ayat al-Qurán , balaghah dan bayan-nya, kualitas mereka semakin tinggi dan semakin disukai orang, sekalipun oleh musuh.
Tayar Yusuf (1997 : 188) mengibaratkan Bahasa Arab dan al-Qurán  bagaikan dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya, mempelajari bahasa Arab adalah syarat wajib untuk menguasai isi al-Qurán  dan mempelajari bahasa Al-Qurán  berarti mempelajari bahasa Arab. Dengan demikian peranan al-Qurán  terhadap bahasa Arab di samping sebagai alat komunikasi ke sesama manusia baik dalam dunia akademik maupun non akademik “Lingua Franca,” juga sebagai alat komunikasi manusia dengan Allah, yang terwujud dalam bentuk ibadah ghairu mahdhah dan sebagainya.
Keistimewaan yang dimiliki oleh bahasa Arab dibandingkan dengan bahasa-bahasa lain disebabkan karena ia berfungsi sebagai bahasa al-Qurán  dan al-Hadits, dimana keduanya merupakan sumber pokok ajaran Islam karena itu eksistensi bahasa Arab sangat urgen untuk memahami al-Qurán  dan al-Hadits Nabi Muhammad saw.
Mengenai al-Hadits (dalam Faiz al-Math : 1995 : 35), Allah SWT berbicara melalui lidah rasul-Nya, dengan bahasa yang cukup jelas dan cukup bijak. Tidak ada seorang pun yang lebih fasih dari Nabi Saw. Allah mengaruniainya cara-cara berbicara dan mengajarkannya bahasa-bahasa dan dialek-dialek bangsa Arab, padahal beliau sendiri belum pernah bergaul dengan mereka seluruhnya. Hal ini karena Nabi Saw akan dijadikan guru, pembimbing, dan imam untuk semua umat manusia. Gaya bahasa Nabi Saw itu ablagh (singkat, padat dan memikat). Keindahannya menempati peringkat ke dua setelah Al-Qurán , keunggulannya tidak bisa ditandingi oleh gaya bahasa pujangga atau retorika orator ulung manapun. Kata-katanya jernih, indah dan tenang sesuai dengan situasi dan kondisi sehingga enak didengar dan mudah dicerna.
Faiz al-Math (1995 : 36) menuturkan bahwa bahasa Nabi Saw berbeda dengan para penyair atau penulis (sebelum kelahiran beliau), yang sering kali menuliskan karyanya dengan kalimat-kalimat rancu dan dibuat-buat sehingga maknanya sulit dimengerti, yang untuk memahami sebuah syair, mereka harus memeras otak atau dengan cara menghafalnya. Dengan adanya al-Hadits, maka para penyair merujuk kepada ucapan Rasulullah (selain al-Qurán ) sehingga syairnya tidak sulit untuk dipahami. Disamping itu, gaya bahasa Nabi saw itu sederhana, dan dapat dimengerti oleh setiap orang. lbarat pohon, gaya bahasa beliau itu buahnya, sedangkan gaya bahasa penyair dan ahli balagah itu daunnya. Hal ini dijadikan dan dianggap al-Hadits dan al-Qurán  sebagai sekolah tinggi bahasa dan sastra yang dapat mendidik orang untuk menjadi penyair, penulis atau orator.
Wafi (2014 : 114) menjelaskan bahwa ada dua pengaruh al-Hadits yang sangat signifikan terhadap bahasa Arab yaitu :
1.      Memperkokoh posisi bahasa Quraisy (bahasa Arab). Hal ini disebabkan karena turunnya al-Qurán  dan datangnya al-Hadits dengan bahasa Quraisy. Keduanya merupakan penopang agama Islam yang dipegangi oleh pembesar-pembesar kabilah Arab.
2.      Menata dan membangkitkan bahasa Arab kepada tingkat sastra yang lebih tinggi. Pengaruh ini nampak dari berbagai segi bahasa baik dari segi tujuan, makna, uslub maupun lafaldz-lafaldznya.
Dengan demikian bahasa Arab setelah turunnya al-Qurán  dan datangnya al-Hadits menduduki posisi yang signifikan dalam kehidupan manusia khususnya umat Islam karena terkandung di dalamnya sumber ajaran Islam. Jauh sebelum Islam datang, bahasa Arab telah dikenal dan dipakai sebagai bahasa komunikasi di kalangan bangsa Arab Makkah dan sekitarnya. William Beston (tt : 182) menuturkan, sebagai salah satu rumpun bahasa Semit, bahasa Arab telah dituturkan oleh kurang lebih lima puluh juta orang di sebuah daerah yang luas sekitar semenanjung Arabia dan menjadikan bahasa Arab Arab sebagai bahasa resmi mereka.
Dari uraian di atas, Dasuki (tt : 149) menuliskan adanya efek al-Qurán dan al-Hadits terhadap ahasa Arab, yaitu:
1.      Menguatkan bahasa Quraisy: al-Qurán dan al-Hadits didatangkan dengan bahasa Quraisy, yang mana keduanya merupakan sandaran agama Islam yang dianut oleh kabilah-kabilah arab.
2.       Memelihara bahasa Arab, memperbaikinya dan membangun bahasa Arab supaya lebih maju. Pengaruh tersebut jelas pada perbedaan yang mengarah pada bahasa, yaitu pada bahasa tujuan, makna, susunan dalam teks al-Qurán dan al-Hadits telah membuka pintu-pintu seni dalam bahasa Arab, misalnya dalam masalah hukum dan perundang-undangan, kisah-kisah dan sejarah, peraturan agama, masalah sosial, tatanan politik, bahkan bahasa Arab itu mencapai bidang matematika, kimia, logika, filsafat, hukum, seni bahasa, pesan politik, mengendalikan urusan negara dan ateisme. Terhadap kata dan makna efeknya sangat jelas. Mengkhususkan lafaz-lafaz Arab dari makna yang umum sampai masalah ibadah, urusan politik, administrasi dan perang atau istilah ilmu pengetahuan dan seni.
Berdasarkan rincian pengaruh al-Qurán dan al-Hadits terhadap perkembangan bahasa Arab memberikan penjelasan bahwa keduanya berkontribusi besar dalam mengevolusi atau bahkan merevolusi tatanan komunikasi di tengah masyarakat Arab di masa shadrul Islam utamanya sehingga terus berkembang di masa selanjutnya.





BAB III
PENUTUP
1.1        Kesimpulan
Bahasa Arab pra-Islam, sebelum diturunkannya al-Qurán, bahasa masyarakat Arab masih berupa dialek-dialek yang masing-masing daerah memiliki perbedaan dalam penuturannya. Namun diantara beragam dialek yang digunakan masyarakat Arab, terdapat satu dialek yang merajai tatanan komunikasi masyarakat Arab, yaitu dialek Quraisy, yang dari sini masyarakat Arab dapat menerima bahasa al-Qurán dan al-Hadits.
Diturunkannya al-Qurán dan al-Hadits menggunakan bahasa Arab Quraisy, selain berfungsi sebagai lingua franca (bahasa pemersatu), keduanya menjadi rujukan dasar atas pengembangan ilmu pengetahuan dan berbagai bidang, seperti agama, ekonomi, politik, sosial, budaya dan sebagainya.
Dari sini, jelaslah bahwa peranan al-Qurán dan al-Hadits dengan segala keistimewaannya mampu membangun peradaban baru yang lebih maju dan terus berkembang di tengah masyarakat Arab khususnya dan seluruh umat manusia umumnya.


DAFTAR PUSTAKA

Musgamy, Awaliyah. Jurnal al-Hikmah Vol. XV Nomor 1/2014 (Pengaruh al-Qurán dan al-Hadits Terhadap Bahasa Arab). http://www.uin-alauddin.ac.id/download-pages%20from%20jurnal%20al-hikmah%202014-5.pdf. (diunduh tanggal 30 april 2015).

Wafi, Abdul Wahid. 2004. Fiqhul Lughah Edisi ke Empat. Mesir : Nahdhah





[1] Musgamy, Awaliyah. Jurnal al-Hikmah Vol. XV Nomor 1/2014 (Pengaruh al-Qurán dan al-Hadits Terhadap Bahasa Arab). http://www.uin-alauddin.ac.id/download-pages%20from%20jurnal%20al-hikmah%202014-5.pdf. (diunduh tanggal 30 april 2015).

1 comment:

  1. Makasih Himma, berkat blogmu aku gak usah repot2 nyari ke teman2 hahaha

    ReplyDelete