INTERAKSI DAN PERCAMPURAN BAHASA PADA
MASYARAKAT ISLAM BARU DI JAZIRAH ARAB
M. Anwar Mas’adi, M.A.
Oleh :
Himatul Istiqomah 12310079
Ziarotul fauziah 12310036
JURUSAN BAHASA DAN SASTRA ARAB
FAKULTAS HUMANIORA
UNIVRSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2015
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamin, senantiasa terucap sebagai bagian dari rasa
syukur penulis terhadap rahmat dan nikmat yang tiada hentinya dikaruniakan oleh
Allah Swt, sehingga penulis bisa sampai pada penyusunan tugas makalah saat ini.
Allaahumma shalli ’alaa sayyidinaa muhammad, senantiasa terlantunkan
untuk mengharap syafaat beliau Sang Legendaris Umat yang tidak pernah lekang
oleh perputaran jagat, “Nabi Muhammad SAW” yang selalu terkenang sepanjang zaman.
Penyusunan makalah yang berjudul “Interaksi Dan Percampuran Bahasa Pada Masyarakat Islam Baru Di Jazirah Arab”
ini merupakan pemenuhan tugas akhir semester
mata kuliah Dirasah Mujtamaát al-Arabiy I yang diampu oleh M. Anwar
Masádi. Selain itu penyusunan makalah ini bertujuan mengungkap fakta sejarah
mengenai peranan Islam terutama Al-Qurán dalam pengaruhnya terhadap keberadaan
bahasa “dialek” yang semula beragam di Jazirah arab sehingga menginduk menjadi
satu bahasa Arab fusha, yang kemudian menjadi patokan di dunia keilmuan
khususnya dan sebagai lingua franca khususnya.
Penulis berharap semoga makalah ini menjadi tambahan wawasan yang bermanfaat,
bagi penulis khususnya, dan bagi pembaca pada umumnya. Penulis selalu
terbuka dalam menerima kritik dan saran yang bersifat membangun untuk perbaikan
karya tulis ini dan karya selanjutnya. Semoga segala kebaikan dan dorongan dari berbagai pihak dapat bernilai ibadah di sisi-Nya. Aamiin.
Malang, April 2015
Penulis
ABSTRAK
Dalam interaksi sehari-hari, bahasa merupakan alat
komunikasi pokok untuk menyampaikan sebuah pesan antara komunikator dan
komunikan. Diantara beragam bahasa di dunia, terdapat bahasa Arab yang dalam sejarah tercatat sebagai rumpun bahasa Semit
yang dinisbatkan pada Syam putra Nabi Nuh As. Ada dua klasifikasi pada bahasa
Arab terdahulu, yaitu: pertama, Al-Arabiyat al-baidah yang dikenal dengan sebutan Arabiyat
al-nuqusy (bahasa Arab prasasti), ke dua, Al-Arabiyat al-baqiyah yaitu
bahasa suasana formal seperti pidato-pidato, siaran-siaran dan jurnalisme.
Sebelum diturunkannya al-Qurán dan al-Hadits, keragaman dialek
pada masyarakat Arab menimbulkan kesulitan berkomunikasi ketika berkumpul
dengan masyarakat dari berbagai suku. Namun keberadaan dominasi dialek Quraisy
menjadi solusi atas permasalahan itu. Karena al-Qurán dan al-hadits diturunkan
dengan bahasa Arab Quraisy sehingga keduanya berfungsi sebagai allughoh
al musytarikah (lingua franca).
Diturunkannya al-Qurán dan al-Hadits juga memberikan
pengaruh terhadap kemajuan masyarakat Arab diberbagai bidang, seperti agama,
pengetahuan, ekonomi, politik, sosial, budaya dan sebagainya.
Kata kunci: bahasa Arab, al-Qurán dan al-Hadits, masyarakat Arab di awal masuknya Islam.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Bahasa Arab merupakan salah satu rumpun bahasa Semit,
dipergunakan oleh suku Arab yang tinggal di Semenanjung Jazirah Arab. Sejarah awal
perkembangannya tidak dapat diketahui secara pasti. Namun, para sejarawan dapat
memperkirakan bahwa sekitar satu setengah abad atau dua abad sebelum kedatangan
Islam, telah ditemukan beberapa prasasti yang di dalamnya tertulis karya-karya
sastra berbentuk syair (puisi) dan sedikit berbentuk prosa.
Sebelum diturunkannya Al-Qurán, bahasa di jazirah Arab
masih berupa dialek-dialek, yangmana masyarakat setiap daerah memiliki gaya
tersendiri dalam bertutur kata (karena jaman dahulu belum dikenal aksara baca-tulis).
Diantara beberapa dialek yang muncul pada masa itu, terdapat satu dialek yang
paling dominan dan berpengaruh besar terhadap kemajuan kebudayaan serta
peradaban masyarakat Jazirah Arab di jaman Jahiliyah. Dialek itu tidak
lain disebut dialek Quraisy. Dialek inilah yang selanjutnya menjadi
induk dari bahasa Arab Fusha yang Al-Qurán pun diturunkan menggunakan
dialek Quraisy ini.
1.2
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana bahasa di Jazirah Arab Pra-Islam?
2.
Bagaimana Pengaruh Bahasa al-Qurán di Jazirah
Arab?
1.3
Tujuan Pembahasan
1.
Untuk mengetahui sejarah bahasa di Jazirah
Arab Pra-Islam?
2. Untuk mengetahui perkembangan bahasa Arab akibat pengaruh bahasa al-Qurán
di Jazirah Arab?
BAB II
PEMBAHASAN
1.1 Bahasa di Jazirah Arab Pra Islam
1. Asal-Usul Bahasa Arab
Wafi dalam bukunya (2004 : 78) menuturkan
bahwasannya bahasa Arab lahir bersamaan dengan bahasa Yaman Kuno dan bahasa Habsyah
Samiyah, yangmana merupakan satu rumpun bahasa Samiyah Janubiyah.
Tetapi ada sebagian sejarawan yang menuturkan rumpun bahasanya bukan Samiyah
Janubiyah melainkan Samiyah Syamaliyah. Sebagaimana dalam Hitti
(2014 : 109-110), yang disebut bahasa Arab adalah bahasa Himyar-Saba, juga
dialek Hijaz sebelah utara, tetapi karena yang terakhir menjadi bahasa agama
Islam dan sepenuhnya menggantikan dialek Yaman sebelah selatan, maka ia menjadi
bahasa Arab par excellence. Karena itu, ketika kita menyebut orang-orang
Arab dan bahasa Arab, maka yang kita maksudkan adalah orang-orang Arab Utara
dan bahasa Al-Qurán .
Bahasa
Arab merupakan rumpun bahasa Semit dan mempunyai anggota penutur yang
terbanyak. Bangsa Semit berikut bahasanya dinisbatkan pada
putra Nabi Nuh yang bernama Sam ibn Nuh. Garis keturunan Sam inilah yang
melahirkan berbagai bangsa dan bahasa, di antaranya ‘Akkadiyyah (abad -20 SM), Aramiyah (abad -9 SM) Kan‘aniyah,Arab (mulai abad -1 SM “Baidah” dan -5 M “Baqiyah”)
dan lainnya. (Wafi : 2004 : 78-79).
Wafi (2004
: 79) menyebutkan bahwasannya bahasa Arab Baidah masih berupa
dialek-dialek yang dituturkan oleh mayoritas masyarakat Arab Kuno di kawasan Utara
dekat dengan perbatasan Aramiyah, Madain Shalih dan Hijaz. Sehingga
Masyarakat di kawasan ini, dalam berbahasa sangat dipengaruhi oleh bahasa Aramiyah.
Bahasa Arab Baidah ini dipakai
lama sebelum masa Islam. Hanya sedikit Nuqusy yang masih digunakan dalam
perkembangan bahasa Arab selanjutnya atau Baqiyah, sehingga bahasa ini
juga dinamai dengan bahasa Arab Nuqusy.
Sementara bahasa Arab Baqiyah, berdasarkan
Wafi (2004 : 79), adalah bahasa Arab
yang masih digunakan hingga saat ini sebagai bahasa Arab Induk di bidang
sastra, penulisan, dan pembukuan. Bahasa
ini menyebar di kawasan Nejed dan Hijaz, yang kemudian menyebar ke berbagai
penjuru Arab dengan penggunaan dialek masing-masing daerah.
2. Bahasa Arab Pra islam
Disinggung dalam Wafi (2004 : 86), bahwasannya bahasa Arab
diklasifikan oleh para penuturnya sejak masa lampau, berdasarkan suku-suku, keadaan
goegrafis, lingkungan sosial dan cara pandang masyarakat serta keragaman
budaya, dan lain-lain. Peng-klasan tersebut melahirkan beragam dialek yang
masing-masing memiliki perbedaan dalam segi fonetik, sintak, gramatikal maupun
kosa kata yang digunakan.
Keberagaman dialek ini digunakan masyarakat
Arab dalam komunikasi ketika berinteraksi dengan sesama, juga dalam transaksi
jual-beli, Ibadah Haji dan strategi peperangan. Namun dari banyak dialek yang
ada pada masa itu, terdapat satu dialek yang berpengaruh lebih luas di kalangan
masyarakat Arab. Dialek ini dapat dimengerti dan dipahami oleh berbagai
klas-klas tersebut di atas. Masyarakat Arab menamai dialek ini dengan Quraisy
yang dinisbatkan kepada suku Quraisy “suku ternama di Jazirah Arab.”
Wafi (2004 : 87) merincikan beberapa faktor
pendorong dominasi dialek Quraisy atas masyarakat Arab. Faktor-faktor
tersebut di antaranya:
1. Faktor keagamaan, kaum Quraisy
sering mengunjungi Baitullah, untuk melaksanakan urusan dan
peribadatannya. Dalam pandangan mayoritas suku bangsa Arab di masa Jahiliyah, Baitullah
merupakan tempat yang disucikan, dimana banyak orang yang berkunjung ke sana untuk melaksanakan manasik haji,
dan ada pula yang datang untuk menyembah patung
– patung dan membawakan sesajian kurban. Bagi kaum Quraisy hal itu
merupakan pengaruh keagamaan yang melekat pada suku bangsa Arab.
2. Kekuasaan ekonomi, di genggaman orang – orang Quraisy
terdapat sejumlah pandangan yang besar, yaitu bagi mereka yang sering berpindah
– pindah tempat berdagang diberbagai wilayah jazirah Arab, dari Syam bagian utara menuju
Yaman Selatan. Sebagaimana yang telah kami sampaikan dalam surah Quraisy
: “لإيلاف قريش إيلافهم رحلة الشتاء والصيف... الخ”.
Dengan rangkaian kegiatan tersebut, maka kendali kekayaan di negara Arab di pegang oleh kaum Quraisy.
3. Pengaruh politik, bagi orang –
orang Quraisy telah menjadi suatu kenyataan bahwa keutamaan pengaruh
agama dan ekonomi serta keutamaan kedudukan negaranya bisa menjadi suatu
pengaruh politik yang cukup kuat di antara
negara – negara Arab lainnya pada masa Jahiliyah.
4. Dialek
Quraisy merupakan dialek Arab terluas yang menjadi suatu aset kekayaan bangsa. Ia merupakan dialek Arab tertinggi
dari segi uslubnya, serta menjadi dialek yang paling mampu untuk mengutarakan
seni kata yang berbeda. Hal itu disebabkan oleh keutamaan yang telah ditentukan
bagi para penuturnya, baik dari segi sarana kebudayaan maupun kesempatan yang
banyak untuk memperoleh kesan khusus dengan dialek Arab yang berbeda – beda.
1.2 Interaksi dan Percampuran Bahasa pada Masyarakat Islam Baru di Jazirah Arab
1. Bahasa al-Qurán dan Hadits
إنا أنزلناه قرأنا
عربيا لعلكم تعقلون (يوسف : 2)
Artinya: “Sesungguhnya
Kami telah menurunkan al-Qurán kepada Muhammad dengan bahasa Arab, supaya kamu
sekalian memahaminya.” (Q.S. Yusuf : 2).
Berdasarkan ayat al-Qurán di atas, jelas lah
bahwasannya al-Qurán diturunkan dengan berbahasa
Arab. Wafi (2004 :
89) menegaskan dalam tulisannya mengenai Al-Qurán yang diturunkan dengan bahasa
Arab Quraisy, yangmana dialek tersebut dipahami oleh semua suku di Arab
dan berpengaruh besar terhadap kehidupan bangsa Arab dan sebagai bahasa Sastra
Arab. Wafi bahkan menggambarkan tentang betapa besar kontribusi dialek Quraisy
terhadap peninggalan masa jahiliyah yang berupa syair, muállaqat,
khitabah, hikam, amtsal dan karangan-karangan lainnya.
Sampai-sampai hampir dianggap asing sesuatu yang menggunakan bahasa selain
dialek Quraisy ini.
Betapa terharunya orang-orang Arab mendengar
alunan bahasa yang indah turun dari langit mengumandangkan nilai-nilai yang
sangat agung melampaui segala apa yang mereka dengar dan ketahui selama ini.
Menurut Intan (tt : 5), keindahan bahasa Al Qur’an yang memukau telah berperan
sebagai sarana “dakwah” memikat hati orang-orang untuk tunduk mengakui
kebenaran Islam dan sekaligus menganutnya, Ini merupakan suatu indikasi bahwa
bahasa Al Qur’an yang sampai kini dibaca oleh setiap muslim adalah bahasa yang
hidup dikalangan masyarakat Arab sebagai alat komunikasi sehari-hari.
Disamping al-Qur’an yang diturunkan dengan
bahasa Arab, ada pula al-Hadits yang juga berbahasa Arab Quraisy, yang
isinya dari Allah, sedangkan redaksinya disusun oleh
Nabi Muhammad Saw. Al-Hadits merupakan mukjizat paling penting sesudah al-Qurán yang berfungsi sebagai
penafsir al-Qurán dan
penjelas hukum-hukum serta undang-undangnya.
2. Pengaruh Bahasa al-Qurán dan al-Hadits di Jazirah Arab
Hampir semua pengamat baik dari Barat maupun
orang Muslim Arab menganggap bahasa al-Qurán sebagai bahasa yang memiliki
standar ketinggian dan keelokan linguistik tertinggi yang tiada taranya.
Menurut Arsyad (2003 : 1-2)[1],
hal itu berdampak pada munculnya superioritas Sastra dan Filsafat bahkan pada
Sains seperti Ilmu Matematika, Kedokteran, Ilmu Bumi, dan Tata Bahasa Arab pada
masa-masa kejayaan Islam dan setelahnya.
Dengan adanya ayat-ayat al-Qurán, peradaban
dan ilmu pengetahuan menjadi tumbuh dan berkembang. Masyarakat Arab khususnya
beralih dari makhluk yang menyembah batu menuju masyarakat yang dapat mengatur
dan memakmurkan bumi. Muhammad Ali al-Shabuni (dalam Musgamy : 2014) menyatakan
bahwa para pakar bahasa Arab, kalangan linguis Arab dan ahli Ilm al-Bayan
telah sepakat mengenai kemukjizatan al-Qurán ada pada faktor al-Quránnya itu
sendiri, yang terkandung pada:
1.
Kefasihan
susunan kalimatnya;
2.
Keindahan
maknanya;
3.
Bentuk
sistematika bahasanya yang menakjubkan.
Musgami (2014) menuturkan, disamping al-Qurán diturunkan dengan membawa dua tujuan pokok, yaitu; pertama,
al-Qurán merupakan mukjizat sebagai bukti
kebenaran apa saja yang disampaikan Nabi Muhammad Saw; ke dua, al-Qurán sebagai
hidayah (petunjuk) demi kebaikan kehidupan manusia di dunia dan kehidupan
di akhirat, al-Qurán juga merupakan mukjizat
abadi yang dapat membungkam para ahli balaghah yang hendak memadamkam cahaya Allah
Swt, lewat syair-syair mereka. Dimana
kebiasaan dan tradisi orang Arab pada saat itu selalu berlomba dalam
bidang syair. Hal semacam ini memicu perkembangan bahasa Arab hingga sampai ke puncaknya, sempurna dari segi perubahan kata-katanya, struktur
dan susunan gaya bahasanya. Di saat semacam ini lah al-Qurán diturunkan,
bukan hanya sebagai bahasa wahyu yang menyatakan kebenaran Nabi
Muhammad Saw sebagai rasul Allah, tapi juga sebagai bahasa yang unggul, jauh di
atas bahasa lainnya.
Disebut dalam Musgami (2014), Diturunkannya al-Qur’an
pada saat itu, tak lepas dari pengaruhnya terhadap bahasa masyarakat Arab, yang
timbul sebagai efek dari bahasa dasarnya yaitu bahasa Arab yang memiliki
kesamaan dasar dialek “Quraisy.” Di antara pengaruhnya adalah:
1.
AlQur’an
memperindah dan menghias lafadz bahasa Arab.
2.
Muncul
makna-makna baru dalam lafadz bahasa Arab untuk mencocokkan dan memahamkan
syariat Islam.
3.
Terjaganya
bahasa Arab dari kepunahan, sebagaimana Alllah menjaga AlQur’an. “Sesungguhnya
kami (yang) menurunkan Dzikr dan kami pula yang menjaganya.” (Qs Al Hijr: 9). Bahasa Arab Fusha
hari ini adalah bahasa yang sama dengan bahasa Arab ketika al-Qur’an diturunkan.
Tidak seperti bahasa kitab suci agama lain yang sebagian besar bahasanya tidak
bisa dipahami lagi oleh orang orang zaman sekarang karena bahasa tersebut telah
lama ditinggalkan dan hampir punah.
4.
Tersebarnya
bahasa Arab ke seluruh penjuru dunia. Di mana saja
dijumpai Islam, maka akan dijumpai bahasa Arab. Dan tidak tersisa permukaan bumi
ini kecuali telah sampai syiar Islam kepadanya.
5.
Bahasa al-Qur’an ini dikuatkan pula dengan
kesatuan dialek, yaitu dialek Quraisy.
6.
Barulah dari bahasa Arab ini berkembang
ilmu-ilmu diniyyah seperti Ilmu Tafsiir , ‘Uluumul Hadiits , Fiqh
, dan Ushul Fiqh . Dan
7. Dari bahasa Arab ini juga muncul ilmu-ilmu tentang kaidah bahasa Arab seperti
nahwu-sharf dan lain-lain.
Sedangkan Ali Abd Wafi (2014 : 114)
menjelaskan bahwa dengan turunnya al-Qurán, bahasa Arab menjadi lebih kokoh
sebagai bahasa yang fasih, berkembang lebih luas, menyebar ke seluruh penjuru
dunia, dan dengan izin Allah akan kekal abadi selama langit dan bumi masih ada.
Wafi juga mengatakan bahwa salah satu penyebab kuatnya posisi bahasa Arab,
karena bahasa al-Qurán diturunkan dalam
bahasa Arab. Sementara itu,
Faiz al-Math (1995 : 47) juga mengemukakan bahwa pengaruh al-Qurán dalam bidang sastra adalah melatih bahasa
mereka (Arab) dan menjadikan satu bahasa meskipun tempat tinggal mereka
berjauhan. Dengan mempelajari kalimat dalam ayat-ayat al-Qurán , balaghah
dan bayan-nya, kualitas mereka semakin tinggi dan semakin disukai orang,
sekalipun oleh musuh.
Tayar Yusuf (1997 : 188) mengibaratkan Bahasa
Arab dan al-Qurán bagaikan dua sisi mata
uang yang tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya, mempelajari
bahasa Arab adalah syarat wajib untuk menguasai isi al-Qurán dan mempelajari bahasa Al-Qurán berarti mempelajari bahasa Arab. Dengan
demikian peranan al-Qurán terhadap
bahasa Arab di samping sebagai alat komunikasi ke sesama manusia baik dalam
dunia akademik maupun non akademik “Lingua Franca,” juga sebagai alat
komunikasi manusia dengan Allah, yang terwujud dalam bentuk ibadah ghairu
mahdhah dan sebagainya.
Keistimewaan yang dimiliki oleh bahasa Arab
dibandingkan dengan bahasa-bahasa lain disebabkan karena ia berfungsi sebagai
bahasa al-Qurán dan al-Hadits, dimana
keduanya merupakan sumber pokok ajaran Islam karena itu eksistensi bahasa Arab
sangat urgen untuk memahami al-Qurán dan
al-Hadits Nabi Muhammad saw.
Mengenai al-Hadits (dalam Faiz al-Math : 1995 : 35), Allah SWT berbicara melalui lidah rasul-Nya,
dengan bahasa yang cukup jelas dan cukup bijak. Tidak
ada seorang pun yang lebih fasih dari Nabi Saw.
Allah mengaruniainya cara-cara berbicara dan mengajarkannya bahasa-bahasa dan
dialek-dialek bangsa Arab, padahal beliau sendiri belum pernah bergaul
dengan mereka seluruhnya. Hal ini karena Nabi Saw akan dijadikan guru, pembimbing, dan imam untuk semua umat manusia. Gaya bahasa Nabi Saw itu ablagh (singkat, padat dan
memikat). Keindahannya menempati peringkat ke dua setelah
Al-Qurán , keunggulannya tidak bisa ditandingi oleh gaya bahasa pujangga atau
retorika orator ulung manapun. Kata-katanya jernih, indah dan tenang sesuai
dengan situasi dan kondisi sehingga enak didengar dan mudah dicerna.
Faiz al-Math (1995 : 36) menuturkan bahwa bahasa
Nabi Saw berbeda dengan para penyair atau penulis (sebelum kelahiran beliau),
yang sering kali menuliskan karyanya dengan kalimat-kalimat rancu dan
dibuat-buat sehingga maknanya sulit dimengerti, yang untuk memahami sebuah
syair, mereka harus memeras otak atau dengan cara menghafalnya. Dengan adanya al-Hadits, maka para penyair merujuk kepada
ucapan Rasulullah (selain al-Qurán ) sehingga syairnya tidak sulit untuk
dipahami. Disamping itu, gaya bahasa Nabi saw itu sederhana, dan dapat
dimengerti oleh setiap orang. lbarat pohon, gaya bahasa beliau itu buahnya,
sedangkan gaya bahasa penyair dan ahli balagah itu daunnya. Hal ini dijadikan
dan dianggap al-Hadits dan al-Qurán sebagai sekolah tinggi bahasa dan sastra yang
dapat mendidik orang untuk menjadi penyair, penulis atau orator.
Wafi (2014 : 114) menjelaskan bahwa ada dua
pengaruh al-Hadits yang sangat signifikan terhadap bahasa Arab yaitu :
1.
Memperkokoh
posisi bahasa Quraisy (bahasa Arab). Hal ini disebabkan karena
turunnya al-Qurán dan datangnya al-Hadits
dengan bahasa Quraisy. Keduanya merupakan penopang agama Islam yang dipegangi
oleh pembesar-pembesar kabilah Arab.
2. Menata dan membangkitkan bahasa Arab kepada tingkat sastra yang lebih tinggi. Pengaruh ini nampak dari berbagai segi bahasa baik dari
segi tujuan,
makna, uslub maupun lafaldz-lafaldznya.
Dengan demikian bahasa Arab setelah turunnya al-Qurán
dan datangnya al-Hadits menduduki posisi
yang signifikan dalam kehidupan manusia khususnya umat Islam karena terkandung
di dalamnya sumber ajaran Islam. Jauh sebelum Islam datang, bahasa Arab telah
dikenal dan dipakai sebagai bahasa komunikasi di kalangan bangsa Arab Makkah
dan sekitarnya. William Beston (tt : 182) menuturkan, sebagai salah satu rumpun
bahasa Semit, bahasa Arab telah dituturkan oleh kurang lebih lima puluh juta
orang di sebuah daerah yang luas sekitar semenanjung Arabia dan menjadikan
bahasa Arab Arab sebagai bahasa resmi mereka.
Dari uraian di atas, Dasuki (tt : 149)
menuliskan adanya efek al-Qurán dan al-Hadits terhadap ahasa Arab, yaitu:
1.
Menguatkan bahasa Quraisy: al-Qurán dan
al-Hadits didatangkan dengan bahasa Quraisy, yang mana keduanya
merupakan sandaran agama Islam yang dianut oleh kabilah-kabilah arab.
2. Memelihara
bahasa Arab, memperbaikinya dan membangun bahasa Arab supaya lebih
maju. Pengaruh tersebut jelas pada perbedaan yang mengarah pada bahasa, yaitu
pada bahasa tujuan, makna, susunan dalam teks al-Qurán dan
al-Hadits telah membuka pintu-pintu seni dalam bahasa Arab, misalnya dalam masalah
hukum dan perundang-undangan, kisah-kisah dan sejarah, peraturan agama,
masalah sosial, tatanan politik, bahkan bahasa Arab itu
mencapai bidang matematika, kimia, logika, filsafat,
hukum, seni bahasa, pesan politik, mengendalikan urusan negara dan ateisme. Terhadap kata dan makna efeknya sangat jelas.
Mengkhususkan lafaz-lafaz Arab dari makna yang umum sampai masalah ibadah,
urusan politik, administrasi dan perang atau istilah ilmu pengetahuan dan seni.
Berdasarkan rincian pengaruh al-Qurán dan
al-Hadits terhadap perkembangan bahasa Arab memberikan penjelasan bahwa
keduanya berkontribusi besar dalam mengevolusi atau bahkan merevolusi tatanan
komunikasi di tengah masyarakat Arab di masa shadrul Islam utamanya
sehingga terus berkembang di masa selanjutnya.
BAB III
PENUTUP
1.1
Kesimpulan
Bahasa Arab pra-Islam, sebelum diturunkannya
al-Qurán, bahasa masyarakat Arab masih berupa dialek-dialek yang masing-masing
daerah memiliki perbedaan dalam penuturannya. Namun diantara beragam dialek
yang digunakan masyarakat Arab, terdapat satu dialek yang merajai tatanan
komunikasi masyarakat Arab, yaitu dialek Quraisy, yang dari sini
masyarakat Arab dapat menerima bahasa al-Qurán dan al-Hadits.
Diturunkannya al-Qurán dan al-Hadits
menggunakan bahasa Arab Quraisy, selain berfungsi sebagai lingua
franca (bahasa pemersatu), keduanya menjadi rujukan dasar atas pengembangan
ilmu pengetahuan dan berbagai bidang, seperti agama, ekonomi, politik, sosial,
budaya dan sebagainya.
Dari sini, jelaslah bahwa peranan al-Qurán dan
al-Hadits dengan segala keistimewaannya mampu membangun peradaban baru yang
lebih maju dan terus berkembang di tengah masyarakat Arab khususnya dan seluruh
umat manusia umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Musgamy, Awaliyah. Jurnal al-Hikmah Vol. XV
Nomor 1/2014 (Pengaruh al-Qurán dan al-Hadits Terhadap Bahasa Arab). http://www.uin-alauddin.ac.id/download-pages%20from%20jurnal%20al-hikmah%202014-5.pdf.
(diunduh tanggal 30 april 2015).
Wafi, Abdul Wahid. 2004. Fiqhul Lughah Edisi
ke Empat. Mesir : Nahdhah
[1] Musgamy, Awaliyah. Jurnal
al-Hikmah Vol. XV
Nomor 1/2014 (Pengaruh
al-Qurán dan al-Hadits Terhadap Bahasa Arab). http://www.uin-alauddin.ac.id/download-pages%20from%20jurnal%20al-hikmah%202014-5.pdf. (diunduh tanggal 30 april 2015).
Makasih Himma, berkat blogmu aku gak usah repot2 nyari ke teman2 hahaha
ReplyDelete