SAJAK RINDU
MAWAR BIRU
HISTISHA NR.
Jika aku
tak dapat mendengar suara itu, ijinkan angin berbisik lembut padanya. Jika aku
tak dapat menyaksikan senyuman itu, ijinkan fajar senantiasa menyambut
riangnya. Beban yang begitu berat kala itu semoga tak membuatnya jera.
Amma,
walau bagaimanapun hati ini sudah tertambat padamu. Aku selalu berharap kau
baik-baik saja. Apapun yang orang katakan, bagiku kau adalah ibuku. Ya... meski
aku tak dapat memelukmu, meski sebenarnya aku sangat ingin memelukmu di saat
yang begitu berat. Aku berharap kau terus kuat. Dia masih sangat membutuhkanmu.
Amma,
jika saja aku punya keberanian lebih, aku akan bercerita banyak hal padamu. Aku
rindu sapaanmu. Aku tak ingin rumah itu menjadi sepi tanpamu.
Seandainya
aku bisa bilang lebih awal. Aku tak menginginkan kau membuatkan rumah baru. Aku
cukup melihatmu tersenyum dalam candaanmu di gubuk itu. Tapi aku terlambat. Aku
datang terlambat untuk mengatakan itu.
Bukan aku
tak menghargai rumah baru itu. Tapi aku merasa ada yang hilang, setelah rumah
itu berdiri. Aku bahkan merasa kehilanganmu.
Amma, aku
berharap rumah baru itu bisa menjadi lebih teduh. Aku ingin kau dalam kesejukan
di rumah itu. Meski aku tak suka rumah itu, jika itu bisa meneduhkanmu, tak apa buatku. Aku hanya ingin melihatmu kembali tersenyum, untukku dan semuanya.
Amma,
kapan lagi aku bisa melihatmu dengan senyumanmu. Bahkan untuk mendengar
kabarmu, angin hanya bungkam. Melintas tanpa pesan. Aku sangat merindukanmu. Sama
seperti dulu. Aku masih sangat menyayangimu. Aku ingin menjadi seseorang yang
bisa merasakan kegundahanmu.
Seandainya
aku mampu menembus ruang yang menjarakkan kita. Aku ingin selalu mendengarkan
ceritamu. Amma, kau tak perlu takut lagi. Tuhan sangat baik. Dia tak akan
mengambilnya darimu. Begitu juga aku. Aku akan tetap bersamamu.
Amma,
kau harus bisa menjaga dirimu. Dia sudah mulai bisa berjalan agak cepat. Langkahnya
sudah mulai tegak. Kau tak boleh membuatnya berhenti melangkahkan kakinya. Kau pun
harus melanjutkan langkahmu.
Kumohon,
kau baik-baik saja.
Saat ini,
meskipun tak ada yang bisa aku tanyai tentang keadaanmu. Aku terus berharap kau
baik-baik saja. Kau tak boleh menyerah, Amma. Dia masih sangat membutuhkanmu. Kalaupun
nanti, aku tak bisa berada di sampingmu. Atau aku harus pergi sebelum bisa
memeluk dan menghapus air matamu. Aku tetap menyayangimu.
Cinta memang
tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Tapi aku tak menyesal aku tak pernah
mendengar kau mengucap kata cinta untukku. Sampai kapanpun, kau adalah ibuku.
Aku memang
bodoh. Aku tak lebih meyakinkanmu kala itu. Aku tak tahu kecewamu akan sedalam
ini, Amma. Aku minta maaf jika aku membuatmu terluka. Aku, jika dia harus terus
melangkah, ajari aku untuk terus tegar. Aku pun tak akan menyerah. Aku ingin
terus melangkah meraih apa yang aku impikan.
Jika bahasa
rindu itu bisa diwujudkan, mungkin akan lebih mudah aku menyampaikannya padamu.
Amma, lebih dari dia, aku sangat menyangimu.
Kau harus
bangkit menjemput fajar. Aku tak akan peduli dengan cemoohan orang tentangmu.
Aku, hatiku tak akan berubah. Kau tetap ibuku.
Amma,
aku tak tahu apa yang harus aku tulis. Aku tak tahu apa yang harus aku katakan.
Aku tak tahu...?????
Aku tak
ingin melihatmu menangis. Aku tak ingin air matamu tumpah kembali. Tersenyumlah,
Amma. Aku terus merindukanmu, Amma, ibuku.
Malang,
04 Okt 2015
No comments:
Post a Comment