Sunday, October 4, 2015

SAJAK RINDU MAWAR BIRU


SAJAK RINDU MAWAR BIRU

HISTISHA NR.


Jika aku tak dapat mendengar suara itu, ijinkan angin berbisik lembut padanya. Jika aku tak dapat menyaksikan senyuman itu, ijinkan fajar senantiasa menyambut riangnya. Beban yang begitu berat kala itu semoga tak membuatnya jera. 

Amma, walau bagaimanapun hati ini sudah tertambat padamu. Aku selalu berharap kau baik-baik saja. Apapun yang orang katakan, bagiku kau adalah ibuku. Ya... meski aku tak dapat memelukmu, meski sebenarnya aku sangat ingin memelukmu di saat yang begitu berat. Aku berharap kau terus kuat. Dia masih sangat membutuhkanmu.

Amma, jika saja aku punya keberanian lebih, aku akan bercerita banyak hal padamu. Aku rindu sapaanmu. Aku tak ingin rumah itu menjadi sepi tanpamu.

Seandainya aku bisa bilang lebih awal. Aku tak menginginkan kau membuatkan rumah baru. Aku cukup melihatmu tersenyum dalam candaanmu di gubuk itu. Tapi aku terlambat. Aku datang terlambat untuk mengatakan itu.

Bukan aku tak menghargai rumah baru itu. Tapi aku merasa ada yang hilang, setelah rumah itu berdiri. Aku bahkan merasa kehilanganmu.

Amma, aku berharap rumah baru itu bisa menjadi lebih teduh. Aku ingin kau dalam kesejukan di rumah itu. Meski aku tak suka rumah itu, jika itu bisa meneduhkanmu, tak apa buatku. Aku hanya ingin melihatmu kembali tersenyum, untukku dan semuanya.

Amma, kapan lagi aku bisa melihatmu dengan senyumanmu. Bahkan untuk mendengar kabarmu, angin hanya bungkam. Melintas tanpa pesan. Aku sangat merindukanmu. Sama seperti dulu. Aku masih sangat menyayangimu. Aku ingin menjadi seseorang yang bisa merasakan kegundahanmu. 

Seandainya aku mampu menembus ruang yang menjarakkan kita. Aku ingin selalu mendengarkan ceritamu. Amma, kau tak perlu takut lagi. Tuhan sangat baik. Dia tak akan mengambilnya darimu. Begitu juga aku. Aku akan tetap bersamamu. 

Amma, kau harus bisa menjaga dirimu. Dia sudah mulai bisa berjalan agak cepat. Langkahnya sudah mulai tegak. Kau tak boleh membuatnya berhenti melangkahkan kakinya. Kau pun harus melanjutkan langkahmu.

Kumohon, kau baik-baik saja. 

Saat ini, meskipun tak ada yang bisa aku tanyai tentang keadaanmu. Aku terus berharap kau baik-baik saja. Kau tak boleh menyerah, Amma. Dia masih sangat membutuhkanmu. Kalaupun nanti, aku tak bisa berada di sampingmu. Atau aku harus pergi sebelum bisa memeluk dan menghapus air matamu. Aku tetap menyayangimu. 

Cinta memang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Tapi aku tak menyesal aku tak pernah mendengar kau mengucap kata cinta untukku. Sampai kapanpun, kau adalah ibuku. 

Aku memang bodoh. Aku tak lebih meyakinkanmu kala itu. Aku tak tahu kecewamu akan sedalam ini, Amma. Aku minta maaf jika aku membuatmu terluka. Aku, jika dia harus terus melangkah, ajari aku untuk terus tegar. Aku pun tak akan menyerah. Aku ingin terus melangkah meraih apa yang aku impikan. 

Jika bahasa rindu itu bisa diwujudkan, mungkin akan lebih mudah aku menyampaikannya padamu. Amma, lebih dari dia, aku sangat menyangimu. 

Kau harus bangkit menjemput fajar. Aku tak akan peduli dengan cemoohan orang tentangmu. Aku, hatiku tak akan berubah. Kau tetap ibuku. 

Amma, aku tak tahu apa yang harus aku tulis. Aku tak tahu apa yang harus aku katakan. Aku tak tahu...?????

Aku tak ingin melihatmu menangis. Aku tak ingin air matamu tumpah kembali. Tersenyumlah, Amma. Aku terus merindukanmu, Amma, ibuku.

Malang, 04 Okt 2015

No comments:

Post a Comment