GAYA KAPILARITAS MANUSIA
By: HISTISHA NR.
“Cara
cerdas menyikapi berita dan informasi yang berhamburan itu adalah dengan
tabayun (klarifikasi)”.[*]
***
Dalam Fisika, kata kapilaritas digunakan untuk mewakili
istilah meresapnya air melalui celah-celah dinding. Orang Jawa menyebutnya
dengan ngerembes.
Karena Fisika adalah bagian dari Ilmu Alam, maka
aplikasinya pun tak lepas dari fenomena kehidupan di alam semesta ini. Dan hal
yang paling dekat untuk dibahas kali ini adalah manusia, sebagai subjek yang
bertanggung jawab atas tugasnya sebagai khalifah di bumi.
Dalam keadaan terjaga maupun terlelap, selagi
seseorang mampu memegang kesadarannya, maka ia masih mampu menerima segala
rangsangan dari luar tubuhnya. Baik itu berupa sentuhan, suara, ataupun yang lain,
yang itu dapat memberikan informasi pada seseorang tersebut.
Dalam Biologi ada istilah iritabilitas yang digunakan
sebagai bagian dari ciri-ciri makhluk hidup. Iritabilitas atau kepekaan
terhadap rangsangan merupakan langkah awal sebelum menginjak pada kapilaritas.
Seseorang yang memiliki iritabilitas rendah akan cenderung memiliki kerendahan
gaya kapilaritas. Sementara seseorang yang memiliki iritabilitas tinggi ia pun
belum tentu memiliki gaya kapilaritas yang tinggi. Mulai bingung??? Syukurlah,
berarti Anda mulai berpikir…:) :) :)
“Rangsangan sebagai informasi”. Dalam
kehidupan ini, ada sifat manusia yang memiliki iritabilitas tinggi sehingga ia
dapat merasakan dan menerima rangsangan (sebut informasi) dari lingkungan
sekitarnya. Ada pula sifat manusia yang ia memiliki iritabilitas rendah dan
bahkan berdisfungsi karena memang ia sengaja menutup diri dari informasi-informasi
yang berhamburan di sekitarnya, sehingga perlahan ia kehilangan iritabilitasnya
yang itu artinya dengan sengaja ia membunuh dirinya sendiri, dengan meniadakan
satu ciri makhluk hidup dalam dirinya.
Nah, pada manusia golongan pertama; ketika seseorang
memiliki iritabilitas yang tinggi ia perlu diimbangi dengan adanya gaya
kapilaritas yang tinggi pula. Jika tidak, maka seseorang ini pada tahap
selanjutnya akan sama dengan golongan kedua, hanya mampu menerima informasi
tanpa mampu menyerapnya. Informasi-informasi yang
sampai pada orang tipe ini hanya akan membisik seperti angin yang kemudian
lenyap. Atau, seseorang ini
hanya mampu menerima informasi dari sekitar tanpa
mampu mengupayakan kapilarisasi informasi tersebut seluruhnya. Sehingga, informasi hanya terserap setengah-setengah dan menimbulkan interpretasi serta tafsiran yang tidak holistis pula.
Tapi,
jika seseorang memiliki keseimbangan antara iritabilitas dengan gaya
kapilaritas yang tinggi, ia akan mampu menyerap setiap informasi yang didapati
secara holistis. Selanjutnya, sebagaimana tutur Sang Dzat (Ustadz Fuad)
bahwasannya informasi yang telah terserap dengan rapi haruslah diolah dengan
cara tabayun. Dilakukan klarifikasi dan juga tawazun (pertimbangan)
akan validitasnya dan juga nilai-nilai yang dapat dipelajari sebagai ibrah
sekaligus petunjuk Ilahi. Sehingga pada akhirnya, informasi yang telah terserap
kemudian diolah dan diterjemahkan oleh otak dapat segera diputuskan terkait
respon yang harus dimunculkan oleh anggota badan, baik melalui perbuatan maupun
ucapan.
No comments:
Post a Comment