Wednesday, October 22, 2014

unsur-unsur dalam sholat


HIDUP ADALAH SHOLAT
BISMILLAAH, HAMDAAN WA  TSANAA’AN LILLAAH, LAA HAULA WA LAA QUWWATA ILLAA BILLAAH.
فويل للمصلين © الذين هم عن صلاتهم ساهون
Saudaraku sekalian yang dirahmati Allah Swt. Amin…
Ternyata orang-orang yang melakukan sholat pun masih ada ancaman masuk neraka WAIL. Siapakah orang-orang tersebut? Mereka adalah orang-orang yang melaksanakan sholat sedangkan mereka lalai dalam sholatnya.
Banyak dari ahli fiqh ataupun ahli qurra’ yang menafsirkan ayat ini sebagai berikut: “orang yang lalai dalam sholatnya adalah orang yang tubuhnya melaksanakan sholat sementara pikirannya melayang kemana-mana sehingga tidak fokus dalam beribadah kepada Allah Swt.
Berbeda dengan hal itu, di suatu diskusi kecil-kecilan yang berlalu tanpa perencanaan, penulis menyimak keterangan perihal dua ayat di atas dengan uraian yang lebih ‘gamblang’ dan rasional. Penutur yang tanpa ‘embel-embel’ gelar di belakang namanya ini sungguh memukaukan para audiens ketika melantunkan penjelasan kalam Illahi berkaitan dengan realitas kehidupan di era ini. Sebut saja A. Nurrochim, seorang pengembara ilmu selama hidupnya. Bahkan di usianya yang ke 64 di tahun ini, beliau masih gigih mengkaji fenomena-fenomena di balik keindahan diksi bahasa Al Qur’an, yang salah satunya menjadi bahasan penulis kali ini.
Dalam perbincangan hangatnya dengan keluarga takmir masjid “Subulus Salam” (Poncokusumo), dituturkan bahwasannya sholat itu tidak sekedar yang seperti kita saksikan ‘setiap lima waktu sholat tiba maka orang-orang pada “centhak-centhuk” yang diawali dengan niat dan diakhiri dengan salam.’ Malah justru gerakan-gerakan sholat yang kita lakukan selama ini itu adalah simbol yang memiliki kajian makna yang begitu luas dan mendalam.
Sebagaimana kita tahu, bahwasannya sholat merupakan serangkaian gerakan dan ucapan yang diawali dengan niat dan diakhiri dengan salam. Selain sebagai manifestasi syukur seorang hamba pada Tuhannya, sholat memiliki sisi misterius yang seharusnya kita tahu. Terdapat lima unsur pokok dalam sholat yang digarisbawahi di sini, yaitu:
1)           Niat:
Dilakukan sembari berdiri tegak seperti huruf Alif (ا), yang melambangkan asal dijadikannya manusia dari unsur api. Lihatlah pada ujung kobaran api yang menyala-nyala, maka tak lain arahnya selalu tegak berujung menuju atas. Hal itu menggambarkan bahwasannya sebelum melakukan hal apapun, hendaknya niat yang terlebih dulu ditata dengan “kenceng” dan “manteb” agar amal yang dilakukan tidaklah sia-sia. Sehingga tidak keliru jika Nabi Saw dalam sabdanya: إنما الأعمال بالنية و إنما لكل امرئ ما نوى “Segala sesuatu tergantung pada niat.”
2)           Ruku’:
Dilakukan dengan posisi tubuh membungkuk seperti huruf kha’ (ح) yang melambangkan asal dijadikannya manusia dari unsur angin/udara. “Laku” angin yang berhembus landai “sumerambah” dan memberikan kesejukan, menggamabarkan manusia itu seharusnya berlaku adil terhadap sesama dalam segala hal. Tidak terlalu membungkuk ke bawah dan tidak pula mendongak ke atas ketika ruku’. Sebagai manusia pun kita tak perlu pilih-pilih dalam berbuat baik pada sesama. Karena hakikatnya semua manusia sama di hadapan Allah Swt, kecuali hanya kadar ketakwaan yang membedakan. إن أكرمكم عند الله أتقىكم.
3)           Sujud:
Dilakukan dengan posisi menungging seperti huruf mim (مـ) yang melambangkan asal dijadikannya manusia dari unsur air. “Laku” air yang mengalir dari dataran tinggi menuju yang rendah dan mampu mengisi celah sekecil apapun serta mewariskan kesegaran. Begitu pula manusia yang mengetahui hakikat dirinya, tentunya akan bisa berlaku sebagaimana air. Setinggi apapun jabatan, pangkat, titel atau yang semacamnya yang dimiliki oleh seseorang, ketika sujud dalam sholat ia tetap meletakkan kepalanya di tanah. Padahal kita tahu bahwa kepala itu simbol kemuliaan dan harga diri. Inilah yang mengisyaratkan ketiadaan rasa sombong dan memang kita tidak selayaknya berlaku sombong.
 و لا تمشي في الأرض مرحا.
4)           Duduk:
Dilakukan dengan posisi tubuh “jengkeng” beralaskan bumi/tanah seperti huruf dal (د) yang melambangkan asal dijadikannya manusia dari unsur tanah/bumi. “Laku” tanah itu selalu menerima apapun yang ditaruh di atasnya. Semisal ada lubangan tanah tempat buang sampah “joglangan”, sampah dalam bentuk apapun yang dibuang di situ tak akan pernah sekalipun ia muntahkan. Yang sekiranya organik maka akan dibusukkan sehingga bisa menjadi pupuk yang menyuburkan, dan yang anorganik ditimbun dalam kelapangannya, sehingga ia juga akan membusuk meski menunggu ratusan atau bahkan ribuan tahun. Sebagai manusia yang bisa berpikir dan berperasaan kita hendaknya bisa mengondisikan segala sesuatu yang menimpa kita. Sebagaimana analogi tanah tersebut. Jika kita diperlakukan baik, hendaknya kita membalas dengan kebaikan pula. Tapi jika diperlakukan tidak baik, hati kita yang hendaknya mengubah ketidakbaikan itu sebagai suatu pelajaran tanpa mewariskan dendam.
Rupa-rupa kondisi fisik serta material manusia saat ini, baik atau buruknya kita semua tetap berasal dari satu unsur yang sama yaitu tanah. Adanya ragam perbedaan antara kita tak seharusnya jadi jurang pemisah justru malah bak warna-warni kilauan cahaya pelangi yang saling melengkapi. Siapapun kita saat ini, tetaplah kita saudara yang satu asalnya.
5)           Salam:
Dilakukan dengan isyarah menengokkan kepala ke arah kanan kemudian ke kiri sebagai tanda usainya rukun-rukun dalam satu sholatan. Sebagai zoon politicon manusia tidak bisa hidup tanpa bantuan orang lain. Kita hidup bertetangga dan saling membutuhkan. Istilah “salam” dalam kamusnya diartikan dengan “selamat”. Di sini jika dihubungkan antara dua istilah antara “salam” dan “zoon politicon”, maka akan bisa diambil kesimpulan bahwa ketika seseorang belum dikataka selesai sholatnya sebelum melakukan salam ia tidak akan pula selesai dari proses kehidupannya sebelum orang-orang yang ada di kanan kirinya selamat dari bahaya-bahaya yang mungkin ia timbulakan.
Sholat bukanlah sekedar ketika kita :centhak-centhuk” dalam lima waktu yang sudah termaktub, melainkan seumur hidup kita sebenarnya kita terhitung dalam keadaan sholat. Makanya dituturkan: الصلاة رأس العبادة, الصلاة عماد الدين فمن أقامها فقد أقام الدين و من تركها فقد هدم الدين, barang siapa bagus sholatnya maka baguslah segala amalnya dan juga sebaliknya, dan masih banyak ayat maupun hadits yang bertutur demikian.  Untuk itulah ada pula istilah sholat daim, yaitu ketika seseorang tidak hanya khusyu’ dalam sholatnya tapi juga di luar sholatnya. Karena di luar sholat itu pun masih dalam hitungan sholat. Dan Allah Swt juga menegaskan bahwasanya di samping sabar, sholatlah yang merupakan amal terberat kecuali bagi orang-orang yang khusyu’, yaitu yang meyakini bahwa mereka akan menemui Tuhannya dan akan kembali kepada-Nya. واستعينوا بالصبر و الصلوة " و إنها لكبيرة إلا على الخاسعين © الذين يظنون أنهم ملقوا ربهم و أنهم إليه راجعون©.
Adapun dengan simbol huruf hijaiyah dalam unsur-unsur sholat di atas, jika dirangkai maka akan membentuk sebuah kata yaitu “أحمد” atau nama lain dari Nabiyulloh Muhammad Saw. Kita semua tahu bahwasannya beliau adalah “nuurun fauqo nuurin” yang diciptakan pertama kali oleh Alloh sebelum alam raya ini. Jadi tidak salah jika para fisikawan menemukan teori “big-bang” dalam pengkajian sejarah terciptanya jagat raya. Nur Muhammad lah yang memercikkan cahayanya sehingga menjadi sekumpulan materi (jagat) yang karena geraknya semakin lambat.
Wallohu a’lam bis showab.



No comments:

Post a Comment