HIDUP ADALAH SHOLAT
BISMILLAAH, HAMDAAN WA TSANAA’AN LILLAAH, LAA HAULA WA LAA QUWWATA
ILLAA BILLAAH.
فويل للمصلين © الذين هم عن صلاتهم ساهون
Saudaraku sekalian yang
dirahmati Allah Swt. Amin…
Ternyata orang-orang yang
melakukan sholat pun masih ada ancaman masuk neraka WAIL. Siapakah orang-orang
tersebut? Mereka adalah orang-orang yang melaksanakan sholat sedangkan mereka
lalai dalam sholatnya.
Banyak dari ahli fiqh ataupun
ahli qurra’ yang menafsirkan ayat ini sebagai berikut: “orang yang lalai dalam
sholatnya adalah orang yang tubuhnya melaksanakan sholat sementara pikirannya
melayang kemana-mana sehingga tidak fokus dalam beribadah kepada Allah Swt.”
Berbeda
dengan hal itu, di suatu diskusi kecil-kecilan yang berlalu tanpa perencanaan,
penulis menyimak keterangan perihal dua ayat di atas dengan uraian yang lebih
‘gamblang’ dan rasional. Penutur yang tanpa ‘embel-embel’ gelar di belakang
namanya ini sungguh memukaukan para audiens ketika melantunkan penjelasan kalam
Illahi berkaitan dengan realitas kehidupan di era ini. Sebut saja A. Nurrochim,
seorang pengembara ilmu selama hidupnya. Bahkan di usianya yang ke 64 di tahun
ini, beliau masih gigih mengkaji fenomena-fenomena di balik keindahan diksi
bahasa Al Qur’an, yang salah satunya menjadi bahasan penulis kali ini.
Dalam
perbincangan hangatnya dengan keluarga takmir masjid “Subulus Salam”
(Poncokusumo), dituturkan bahwasannya sholat itu tidak sekedar yang seperti
kita saksikan ‘setiap lima waktu sholat tiba maka orang-orang pada
“centhak-centhuk” yang diawali dengan niat dan diakhiri dengan salam.’ Malah
justru gerakan-gerakan sholat yang kita lakukan selama ini itu adalah simbol
yang memiliki kajian makna yang begitu luas dan mendalam.
Sebagaimana
kita tahu, bahwasannya sholat merupakan serangkaian gerakan dan ucapan yang
diawali dengan niat dan diakhiri dengan salam. Selain sebagai manifestasi
syukur seorang hamba pada Tuhannya, sholat memiliki sisi misterius yang
seharusnya kita tahu. Terdapat lima unsur pokok dalam sholat yang digarisbawahi
di sini, yaitu:
1)
Niat:
Dilakukan sembari berdiri tegak seperti huruf Alif (ا), yang melambangkan asal
dijadikannya manusia dari unsur api. Lihatlah pada ujung kobaran api yang
menyala-nyala, maka tak lain arahnya selalu tegak berujung menuju atas. Hal itu
menggambarkan bahwasannya sebelum melakukan hal apapun, hendaknya niat yang
terlebih dulu ditata dengan “kenceng” dan “manteb” agar amal yang dilakukan
tidaklah sia-sia. Sehingga tidak keliru jika Nabi Saw dalam sabdanya: إنما الأعمال بالنية و إنما لكل امرئ ما نوى
“Segala sesuatu tergantung pada niat.”
2)
Ruku’:
Dilakukan dengan posisi tubuh membungkuk seperti huruf
kha’ (ح) yang melambangkan asal
dijadikannya manusia dari unsur angin/udara. “Laku” angin yang berhembus landai
“sumerambah” dan memberikan kesejukan, menggamabarkan manusia itu seharusnya
berlaku adil terhadap sesama dalam segala hal. Tidak terlalu membungkuk ke
bawah dan tidak pula mendongak ke atas ketika ruku’. Sebagai manusia pun kita
tak perlu pilih-pilih dalam berbuat baik pada sesama. Karena hakikatnya semua
manusia sama di hadapan Allah Swt, kecuali hanya kadar ketakwaan yang
membedakan. إن أكرمكم عند الله
أتقىكم.
3)
Sujud:
Dilakukan dengan posisi menungging seperti huruf mim (مـ) yang melambangkan asal
dijadikannya manusia dari unsur air. “Laku” air yang mengalir dari dataran
tinggi menuju yang rendah dan mampu mengisi celah sekecil apapun serta
mewariskan kesegaran. Begitu pula manusia yang mengetahui hakikat dirinya,
tentunya akan bisa berlaku sebagaimana air. Setinggi apapun jabatan, pangkat,
titel atau yang semacamnya yang dimiliki oleh seseorang, ketika sujud dalam
sholat ia tetap meletakkan kepalanya di tanah. Padahal kita tahu bahwa kepala
itu simbol kemuliaan dan harga diri. Inilah yang mengisyaratkan ketiadaan rasa
sombong dan memang kita tidak selayaknya berlaku sombong.
و لا تمشي في الأرض مرحا.
4)
Duduk:
Dilakukan dengan posisi tubuh “jengkeng” beralaskan
bumi/tanah seperti huruf dal (د) yang
melambangkan asal dijadikannya manusia dari unsur tanah/bumi. “Laku” tanah itu
selalu menerima apapun yang ditaruh di atasnya. Semisal ada lubangan tanah
tempat buang sampah “joglangan”, sampah dalam bentuk apapun yang dibuang di situ
tak akan pernah sekalipun ia muntahkan. Yang sekiranya organik maka akan
dibusukkan sehingga bisa menjadi pupuk yang menyuburkan, dan yang anorganik
ditimbun dalam kelapangannya, sehingga ia juga akan membusuk meski menunggu
ratusan atau bahkan ribuan tahun. Sebagai manusia yang bisa berpikir dan berperasaan
kita hendaknya bisa mengondisikan segala sesuatu yang menimpa kita. Sebagaimana
analogi tanah tersebut. Jika kita diperlakukan baik, hendaknya kita membalas
dengan kebaikan pula. Tapi jika diperlakukan tidak baik, hati kita yang
hendaknya mengubah ketidakbaikan itu sebagai suatu pelajaran tanpa mewariskan
dendam.
Rupa-rupa kondisi fisik serta material manusia saat ini,
baik atau buruknya kita semua tetap berasal dari satu unsur yang sama yaitu
tanah. Adanya ragam perbedaan antara kita tak seharusnya jadi jurang pemisah
justru malah bak warna-warni kilauan cahaya pelangi yang saling melengkapi.
Siapapun kita saat ini, tetaplah kita saudara yang satu asalnya.
5)
Salam:
Dilakukan dengan isyarah menengokkan kepala ke arah kanan
kemudian ke kiri sebagai tanda usainya rukun-rukun dalam satu sholatan. Sebagai
zoon politicon manusia tidak bisa hidup tanpa bantuan orang lain. Kita hidup
bertetangga dan saling membutuhkan. Istilah “salam” dalam kamusnya diartikan
dengan “selamat”. Di sini jika dihubungkan antara dua istilah antara “salam”
dan “zoon politicon”, maka akan bisa diambil kesimpulan bahwa ketika seseorang
belum dikataka selesai sholatnya sebelum melakukan salam ia tidak akan pula
selesai dari proses kehidupannya sebelum orang-orang yang ada di kanan kirinya
selamat dari bahaya-bahaya yang mungkin ia timbulakan.
Sholat
bukanlah sekedar ketika kita :centhak-centhuk” dalam lima waktu yang sudah
termaktub, melainkan seumur hidup kita sebenarnya kita terhitung dalam keadaan
sholat. Makanya dituturkan: الصلاة
رأس العبادة, الصلاة عماد
الدين فمن أقامها فقد أقام الدين و من تركها فقد هدم الدين, barang siapa bagus sholatnya maka
baguslah segala amalnya dan juga sebaliknya, dan masih banyak ayat maupun
hadits yang bertutur demikian. Untuk
itulah ada pula istilah sholat daim, yaitu ketika seseorang tidak hanya
khusyu’ dalam sholatnya tapi juga di luar sholatnya. Karena di luar sholat itu
pun masih dalam hitungan sholat. Dan Allah Swt juga menegaskan bahwasanya di
samping sabar, sholatlah yang merupakan amal terberat kecuali bagi orang-orang
yang khusyu’, yaitu yang meyakini bahwa mereka akan menemui Tuhannya dan akan
kembali kepada-Nya. واستعينوا
بالصبر و الصلوة " و إنها لكبيرة إلا على الخاسعين © الذين يظنون أنهم ملقوا
ربهم و أنهم إليه راجعون©.
Adapun
dengan simbol huruf hijaiyah dalam unsur-unsur sholat di atas, jika dirangkai
maka akan membentuk sebuah kata yaitu “أحمد” atau nama lain dari Nabiyulloh
Muhammad Saw. Kita semua tahu bahwasannya beliau adalah “nuurun fauqo nuurin”
yang diciptakan pertama kali oleh Alloh sebelum alam raya ini. Jadi tidak salah
jika para fisikawan menemukan teori “big-bang” dalam pengkajian sejarah
terciptanya jagat raya. Nur Muhammad lah yang memercikkan cahayanya sehingga
menjadi sekumpulan materi (jagat) yang karena geraknya semakin lambat.
Wallohu
a’lam bis showab.
No comments:
Post a Comment