Monday, November 2, 2015

MUSTAJAB DAN KABUL



MUSTAJAB DAN KABUL
By: HISTISHA NR.
 

Bermula dari Kata Doa

Doa itu dalam bahasa Arab berasal dari kata دعاء yang dapat diartikan dengan sapaan dan permintaan. Selama ini, banyak yang memahami kata doa itu sekadar sebagai permintaan saja.

Namun, dalam Al-Qur’an, Allah memberikan contoh berdoa yang tepat, yang tidak lain terdapat dalam surat pembukaan Al-Qur’an (Al-Fatihah). Dalam surat tersebut diajarkan cara berdoa yang sopan yang seharusnya dilakukan oleh seorang hamba ketika berkomunikasi dengan Tuhan. Sebab, doa itu adalah salah satu media berkomunikasi dengan antara hamba dengan Tuhan.

Sebagai surat pembuka, Al-Fatihah diisi dengan tujuh ayat yang masing-masing memiliki keterkaitan dan saling membangun struktur Al-Fatihah itu sendiri. Ayat satu sampai dengan lima itu adalah bentuk dari sapaan hamba kepada Tuhan. Sedangkan sisanya adalah bentuk permintaan hamba kepada Tuhan.

Menilik dari keteraturan struktur di atas, berarti yang seharusnya diberlakukan dalam doa seorang hamba itu adalah, pertama menyapa Tuhan. Entah dengan pujian atau bagaimanapun wujudnya. Selanjutnya, hamba barulah dapat menyebutkan permintaannya. Akan tetapi, antara porsi sapaan dan permintaan akan lebih sopan dan lebih etis ketika sapaan untuk Tuhan diberikan porsi lebih besar.

Penerimaan Doa
ادعوني أستجب لكم
Pada kata أستجب (dalam pandangan umum disebut mustajab) yang digunakan sejajar dengan kata doa dalam potongan ayat tersebut, oleh A. Fuad Effendi diterjemahkan dengan bahasa Indonesia respon. Berangkat dari satu kata itu, dikembalikan lagi pada penggunaan dan praktiknya.

Kata respon memang lebih cocok untuk memaknai kata mustajab. Sebab, kata respon itu lebih netral untuk dikaitkan dengan doa yang memiliki dua maksud, sapaan dan permintaan. Ketika disandingkan dengan sapaan, maka respon yang dimaksud kurang lebih adalah tanggapan. Atau, katakanlah setiap sapaan seorang hamba pada Tuhan itu senantiasa tertanggapi, tidak terabaikan dan tercuekkan. Sedangkan ketika disandingkan dengan permintaan, maka yang dimaksud dengan respon adalah tanggapan yang dapat berupa pemberian dan juga pencegahan. Sebagaimana penuturan Ky. Jamal, bahwasannya dalam doa itu ada istilah ‘atha’ (عطاء) dan man’u (منع). ‘Atha’ adalah yang diterjemahkan sebagai pemberian dan man’u lah yang diartikan sebagai pencegahan. Pemberian Allah dan pencegahannya itu terkait dengan waktu dan keadaan hamba yang berdoa dan lingkungannya. Dan pada pencegahan itu sebenarnya Allah pun sedang menunjukkan pemberianNya melalui penundaan. Akan tetapi, masih menunggu waktu yang tepat. Sebab, dalam pencegahan itu ada upaya penyelamatan terhadap hamba dari sesuatu yang membahayakannya atau pengujian terhadap hamba akan konsistensinya pada permintaan yang telah diucapkannya.

Sementara itu, ada pula penggunaan kata kabul (قبول) atau makbul (مقبول) yang disejajarkan dengan kata doa oleh kebanyakan orang pada umumnya. Pada dasarnya, kata kabul yang berasal dari bahasa Arab itu memang diterjemahkan dengan kata diterima. Namun pada praktik penggunaanya, kata kabul itu tidak sejajar dengan doa melainkan tobat. Sehingga, pada bagian ini kata kabul memiliki antonim mardud (مردود) yang artinya ditolak. Padahal untuk doa itu tidak tepat jika ada kata penolakan. Sebab, yang ada hanya pemberian dan pencegahan atau penundaan.

Kembang Turi, 29 Oktober 2015

No comments:

Post a Comment