Friday, November 6, 2015

TUHAN MENCINTAIKU LEBIH BESAR DARI SIAPAPUN



TUHAN MENCINTAIKU LEBIH BESAR DARI SIAPAPUN

By: HISTISHA NR.


Alhamdulillah, Tuhan tak enggan mengirimkan perahunya lagi untuk aku berlayar menyebrangi palung kegundahanku. Setelah penghujatanku padaNya, Tuhan tak sedikitpun marah, malah lebih besar menunjukkan perhatianNya padaku. Tuhan begitu unik menunjukkan caranya untuk menarik perhatianku. Ternyata, cinta Tuhan sangat besar padaku. Aku dicemburui saat aku tak mengingatNya. Bahkan, dengar-dengar Dia lebih suka aku memakiNya dalam perihku, daripada aku meninggalkanNya, tak mengingatnya sama sekali. Sisi humor Tuhan yang selalu memberikan hiburan setelah badai duka berlalu dapat kurasakan begitu menyejukkan laksana sambaran angin kala fajar dini hari.

Selalu ada kemudahan bersama kesukaran, kata Tuhan padaku. Aku pun tak dapat mengelaknya. Aku tak butuh waktu lama untuk bangkit dari pembaringan luka yang menyayat hati dan perasaanku (yang itu pun akibat kecerobohanku karena sok tahu dan sok percaya diri). Bahkan setelah sedih yang baru kemarin bergemuruh, kini Tuhan menuntunku lebih dekat padaNya. Tuhan menghujankan rahmatNya yang begitu menentramkan jiwa.

Tak hanya Nabi Muhammad yang mampu melakukan Isra’-mi’raj, ternyata Tuhan pun menghendaki aku melakukan itu, sesuai kapasitasku. Bukan masalah percaya nggak percaya, tapi ini sungguh nyata. Di saat yang lain kehabisan caranya menasehatiku, dan bahkan mulai bosan dengan keluhanku, Tuhan justru kurasakan hadir lebih dekat dari biasanya. Aku merasakan pelukan Tuhan begitu hangat. Sampai-sampai, aku tak ingin melupakan jalan yang telah kutapaki menuju dekapan kasihNya.

Sama seperti Muhammad Sang Nabi, yang tahu jalan berisra’-mi’raj, secara logika tak mungkin Nabi tak mengulanginya. Karena hal itu sangat meeggiurkan, menyenangkan, dan begitu membuat seseorang akan ketagihan. Aku pun berharap, Tuhan tak menghapuskan memoriku tentang perjalanan yang sebentar lagi akan mengisra’kanku menujunya. Sehingga kapanpun aku tak lagi memiliki jalan lain, aku bisa sewaktu-waktu mengambil alternatif menapak kebali jalan itu.

Tak ada yang sebaik Tuhan dalam menunjukkan kecemburuan dan kebesaran cintaNya padaku. Dia bahkan tak sedikitpun mencaciku, ditengah ombang-ambing kebimbanganku dan ketidakjelasanku. Dan, aku selalu percaya bahwa tidak ada jalan lain yang dapat membuatku bernafas lega selain melangkah di gelaran permadaninya yang penuh dengan bebatuan intan berlian dari surga.

Jika, surga yang digambarkan begitu indah yang menjadi imiing-iming sebagai hadiah untuk orang-orang yang senantiasa menaati titah Tuhan, di kehidupan setelah kematian. Sayangnya, Tuhan telah lebih dulu mengijinkan aku dalam pelukan keharuman aroma surga dan suasana surga yang begitu sulit kulukiskan dengan kata. Hingga akhirnya aku hanya bisa menuturnya dengan bahasa diam untuk mensyukuri segala wujud cinta Tuhan yang nyata dibeerikan untukku setiap hirup hembus nafasku.

Aku pun tak peduli dengan apa dan siapa. Selagi ia mampu mengantarkanku menuju Tuhan, itu adalah jalan terbaik yang dihadiahkan Tuhan sebagai kado terindah menyambut setiap pergantian usiaku.


LTPLM, 07 November 2015

No comments:

Post a Comment