Saturday, December 6, 2014

MISTIK KEJAWEN



MISTIK KEJAWEN
Himatul Istiqomah

Mistik kejawen bukanlah suatu kemusyrikan. Karena jauh sebelum Islam masuk ke Jawa, Jawa sudah memiliki kebudayaan tersendiri begitu pula perihal penyembahan terhadap Tuhan. Sangat keliru jika sebagai muslim yang memahami hakikat keislaman masih mengkafirkan ajaran-ajaran mistik kejawen. Karena setiap hamba berhak menyembah Tuhan sesuai dengan kemampuan masing-masing.
Islam secara runutan kata itu berarti selamat. Sementara yang kita pahami tentang keislaman hanyalah setelah keberadaan Islam itu sendiri. Sedangkan Masyarakat Jawa, sebelum Islam (agama) menyebar ke Jawa mereka sudah memiliki ajaran-ajaran ketuhanan yang bertendensi pada keselamatan. Mungkin secara tekstual yang terungkap sejarah Islam memasuki Jawa kurang lebih pada abad ke 7 M. Namun hakikatnya ajaran-ajaran Islam sudah mendarah daging jauh sebelum itu di kalangan masyarakat Jawa. Bagaimana mungkin kita yang baru mengenal agama Islam bisa mengkafirkan orang-orang yang sejak dulu mengamalkan ajaran-ajaran Islam?
Setiap dari kita memiliki keterbatasan dan kemampuan dengan takarannya masing-masing. Dan kala itu masyarakat Jawa lebih cenderung simbolis dalam mengimplementasikan kekuasaan Tuhan. Tapi justru hal itu merupakan suatu bentuk penyederhanaan dari berbagai asumsi-asumsi yang berujung pada penghambaan kawula terhadap Tuhannya.
Sebelum Jawa mengenal Al Quran secara tekstual, Jawa sudah memiliki beraneka ragam kitab yang menjelaskan perihal tata kosmos kehidupan. Pengenalan Tuhan dan eksistensi ketuhanan bahkan penyebutan terang-terangan misteri yang tersimpan di alam semesta. Misalnya kitab Adam Makna, pada pembahasannya ada yang menerangkan isi dari Al Quran yang teringkas dalam Surat Al Fatihah kemudian mengerucut dan bermuara pada satu ayat yaitu Bismillahirrahmanirrahim. Selain itu dari kitab Adam Makna yang pernah penulis baca, di situ bahkan dijelaskan mengenai manusia yang wujudnya merupakan simbol dari eksistensi ketuhanan yang diwakili oleh para malaikatnya. Tidak hanya sepuluh malaikat yang bersemayam dalam tubuh yang masih bernyawa ini melainkan lebih dari itu. Jawa juga memiliki tata cara penghitungan kalender yang sebenarnya sederhana. Tapi sering kali orang yang tidak tahu menganggapnya sebagai ramalan belaka dan perbuatan syirik. Padahal di Jawa hal itu memang dipelajari untuk meduga-duga kemungkinan yang akan terjadi guna kewaspadaan.
Kekeliruan yang amat fatal jika kita mengkafirkan cara-cara yang orang Jawa lakukan dalam menyembah Tuhan. Padahal mereka sangat menikmati penyatuannya dengan Tuhan melalui cara-cara seperti itu. Sementara kita yang sudah ditunjuki jalan-jalan penyembahan Tuhan yang lebih rasional, justru kita tidak merasakan nikmatnya bersanding di istanan Tuhan dalam alam semesta ini. Lantas siapa yang terjebak dalam kegelapan pemahaman?
Mungkin pemahaman kita tidak sampai pada pemikiran masayarakat Jawa dengan paham Kejawennya. Tapi sejarah terungkap dalam kitab-kitab yang mereka wariskan. Bahkan jika diselami isinya, ternyata kita tidak lebih seperti orang yang mengetahui keindahan laut namun hanya berada di pesisir saja. Sementara masyarakat Jawa dengan pemahamannya mereka sudah mengarungi luasnya samudera dengan kedalaman yang mungkin tidak terukur lagi.
“Aku bangga menjadi orang Jawa.” 

03 Desember 2014

No comments:

Post a Comment