KUSYUKURI KEGELAPAN
Tak semua yang aku inginkan terjadi
begitu nyata. Tapi yang telah terjadi selama ini, itulah yang aku butuhkan. Ini
adalah bukti bahwa aku tak cukup tahu tentang siapa diriku dan apa kebutuhanku.
Namun, Tuhan Maha segala-galanya, tak pernah luput menepati janjinya.
Wajarnya seorang manusia, aku tak lepas
dari hasrat dan serentetan keinginan yang kadang sempat menjerat hati dan
menyayat pikiranku. Namun, sebagi makhluk yang berakal aku tak boleh jadi
pembunuh, yang dengan terang-terangan mendisfungsikan akal ini. Aku diberikan
kuasa menghidupkannya dengan terus berpikir dan menapaki luasnya samudera tanpa
batas pandang dan menyelami indahnya karunia Tuhan Sang Penguasa Alam.
Jika aku tidak bisa memiliki apa yang aku
sukai, maka aku akan belajar menyukai apa yang aku miliki. Dari itu lah aku
bisa belajar bersyukur dengan segala yang aku temui, yang aku hadapi, dan yang
telah serta akan aku jejaki.
Salah kata banyak orang tentang
perasangka. Tapi bagiku perasangka itu sangatlah penting untuk memahami
serbaragamnya ketidakpastian di alam ini.
Terkadang, Ketika aku merasakan pelukan
sinar mentari begitu erat dan hangat di siang hari... Aku menayakan dan
mencari-cari di mana keberadaan bintang-bintang yang lain. Sang mentari sebagai
bintang yang letaknya begitu dekat dengan bumi sehingga siang hari tampak
begitu terang oleh sinarnya. Tapi aku tersadar bahwasannya masih ada jutaan
bintang yang bersinar di balik Sang Raja siang. Dan untuk menyadari itu, aku
bersyukur Tuhan memberikan gelap ketika malam. Sehingga sinar jutaan bintang yang
tak bisa kulihat dalam terangnya siang masih bisa kunikmati ketika gelapnya
malam membayang.
Mungkin saat ini, aku sedang berada jauh
dari sinar kasih orangtua dan sang motivatorku. Mungkin pula saat ini orang-orang
yang berada didekatku terlihat begitu besar jasanya dan kontribusinya untuk
perkembangan fisik dan psikisku. Tapi tak dapat ditiadakan kalau lah ternyata
dari kejauhan sana, orangtua dan sang motivatorku masih tiada lelah menyinariku
ketika aku tersapa petangnya malam. Orang-orang yang di sekitarku hanya mampu
mengambah fisikku, sementara mereka, meski dari jauh kekuatan doa mereka telah
mampu mewariskan kesegaran dalam keseharianku.
Untuk kalian, malaikat penjagaku, kusampaikan
rasa terimakasihku meski hanya lewat goresan tinta yang berlari, dan sekedar
tertitipkan oleh hembusan angin. Semoga yang terbaik selalu bisa dipahami tan
terus tersyukuri. Maaf, jika aku hanya bisa melihatmu dalam kegelapan malam.
Tapi dalam terangnya siang pun aku selalu merindukan, mata ini bisa
menyaksikanmu pula. Karena Tuhan tak pernah membiarkan aku melupakan-Nya dengan
melupakanmu.
11/03/2015
No comments:
Post a Comment